Menteri Pariwisata Mengungkapkan Ketidaknyamanan Dengan Harga Tiket Pesawat Mahal

EKONOMI898 Dilihat

Diagram Kota Jakarta –Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, baru-baru ini mengungkapkan ketidaknyamanannya dengan harga tiket pesawat yang mahal. Dalam upaya untuk mencapai target kunjungan wisatawan domestik, Sandiaga menghadapi tantangan yang signifikan.

“Dari kita sudah sampaikan ke Pak Menhub (Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi), jadi ini PR kita,” kata Menparekraf di sela peluncuran Wonderspace, di Jakarta, Sabtu (1/6/2024).

Saat berbicara tentang masalah ini, Sandiaga menyebutkan bahwa dia telah mengalami harga tiket pesawat yang mahal. Sebagai contoh, ketika dia ingin pergi ke Medan dari Jakarta, harga tiket pesawat begitu mahal dia memilih untuk terbang ke Singapura terlebih dahulu melanjutkan perjalanan ke Medan.

“Ironis ya, saya juga mengalami itu kemarin saat pergi ke Medan lewat Singapura dulu, lebih murah,” kata Sandiaga.

Baca Juga :  Lebih dari Sekadar Tempat Nongkrong, Café BlackDew Pacet Bawa Misi Pemberdayaan Ekonomi

Meskipun menghadapi tantangan ini, Sandiaga percaya bahwa jumlah kunjungan wisatawan di kuartal pertama tahun 2024 masih dapat dicapai. Namun, dia tidak memberikan detail lebih lanjut tentang jumlah kunjungan di kuartal pertama.

Sandiaga menyebutkan Kemenparekraf menargetkan pergerakan kunjungan wisatawan nusantara bisa mencapai 1,5 miliar.

Namun, Sandiaga mengungkapkan apabila harga tiket tidak turun utamanya untuk penerbangan dalam negeri khususnya ke tempat-tempat wisata, maka target pergerakan kunjungan wisatawan nusantara di tahun 2025 akan disesuaikan.

“Alhamdulillah per hari ini masih tercapai target kita untuk wisatawan nusantara per semester pertama. Tapi, kalau terus ini harga tiket pesawat tidak turun, maka target kunjungan wisatawan nusantara tahun depan kemungkinan harus disesuaikan,” kata Sandiaga.

Sebelumnya, maskapai penerbangan seperti PT Garuda Indonesia yang justru berharap agar pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dapat meninjau ulang tarif batas atas (TBA) tiket pesawat sejalan dengan perubahan kondisi eksternal lima tahun terakhir.

Baca Juga :  Optimalkan Layanan Emas, Pegadaian Cetak Laba Rp 5,85 Triliun

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan nilai tukar atau kurs (exchange rate) serta harga avtur yang fluktuatif menjadi tantangan. Dua komponen eksternal tersebut, kata dia, memiliki pengaruh yang besar terhadap biaya (cost).

“Oleh sebab itu, kita juga lagi diskusi sama Kemenhub untuk mohon juga di-review, dilihat TBA ini. Artinya jangan TBA selama lima tahun tidak naik. Ini exchange rate dibanding lima tahun lalu berapa, harga avtur dibandingkan lima tahun lalu berapa,” kata Irfan saat dijumpai wartawan di TMII, Jakarta, Minggu (12/5/2024) lalu.

Apabila tarif batas atas tiket pesawat tidak kunjung berubah atau tidak naik sejak ditetapkan tahun 2019, Irfan khawatir semua maskapai akan menghadapi permasalahan yang serupa.

Baca Juga :  Cuma di Pegadaian! Gadai Emas Bisa Dapat Goldback hingga Rp.500rb

“Usulan kita lebih fleksibel terhadap kondisi eksternal. Exchange rate maupun harga avtur kan kita tidak bisa kontrol. Kita juga tidak bisa minta Pertamina untuk terus-terusan kasih diskon, bukan begitu caranya kan,” kata Irfan.

Ketidaknyamanan Sandiaga dengan harga tiket pesawat mahal menyoroti tantangan yang dihadapi oleh industri pariwisata. Dengan harga tiket pesawat yang tinggi, menjadi lebih sulit bagi wisatawan untuk mengunjungi destinasi baru, yang dapat berdampak negatif pada pertumbuhan pariwisata.

Penting bagi pemerintah dan perusahaan pesawar untuk menangani masalah ini dan mencari solusi yang akan membuat pariwisata lebih terjangkau bagi semua orang. Dengan melakukan hal ini, kita dapat memastikan bahwa pariwisata terus tumbuh dan memberikanat bagi ekonomi dan masyarakat. (dk/ria)

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *