Will Smith, Jada, dan Krisis Eksistensial di Balik Satu Tamparan
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 1 jam yang lalu
- comment 0 komentar


DIAGRAMKOTA.COM – Di malam Oscar, segalanya berjalan dengan lancar. Cahaya berkilauan dari pakaian mewah, kamera bergerak cepat menangkap ekspresi para bintang, dan tawa terdengar saat Chris Rock memberikan lelucon khasnya. Suasana formal, mewah, dan terkendali—sebuah panggung di mana reputasi sangat dijaga.
Will Smith kemudian bangkit dari tempat duduknya. Penonton mengira itu merupakan bagian dari lelucon panggung. Chris Rock tersenyum lebar saat Will mendekat, seolah-olah siap untuk menghadapi interaksi yang biasanya terjadi dalam acara semacam ini. Lalu —boom. Dengan satu gerakan tangan, Will memberi tamparan kepada Chris.
Kedengungan tamparan terdengar mendadak, terlalu keras untuk ukuran ruangan yang begitu besar, dan seketika suasana berubah. Tawa menghilang, tepuk tangan terhenti, serta seluruh auditorium seolah berhenti menghirup napas. Dalam keheningan yang kaku itu, dunia menyaksikan sesuatu yang jauh lebih dalam daripada sekadar respons spontan.
Kejadian tersebut membuka pintu untuk mengamati pergerakan jiwa manusia—dan dinamika hubungan antara dua individu yang sangat berbeda.
Dalam psikologi Jungian, tingkah laku manusia dipengaruhi oleh tiga komponen utama: persona, bayangan, dan arketipe. Persona merupakan wajah sosial yang kita tunjukkan agar diterima dan dihargai oleh orang lain. Bayangan merujuk pada sisi diri yang kita sembunyikan—emosi, keinginan, dan luka yang tidak sesuai dengan gambaran ideal kita. Sementara itu, arketipe adalah pola psikologis dasar yang bersifat universal dan muncul sebagai kecenderungan perilaku tertentu yang diturunkan dari budaya ke budaya.
Yang sering disalahpahami ialah bahwa arketipe bukanlah satu posisi tunggal. Kita tidak hidup hanya sebagai pahlawan, atau hanya sebagai kekasih, atau hanya sebagai pembangkang. Dalam diri setiap manusia terdapat kumpulan berbagai arketipe yang saling berdampingan—terkadang saling melengkapi, terkadang saling bertentangan.
Ada aspek diri yang ingin diselamatkan, aspek yang ingin merdeka, aspek yang ingin aman, dan aspek yang ingin dihargai. Ketika kumpulan ini sejalan, seseorang tampak stabil. Namun ketika beberapa arketipe saling bertentangan, muncul konflik internal yang bisa memengaruhi tingkah laku, termasuk respons impulsif.
Pada diri Will Smith, arketipe yang paling dominan adalah The Heroatau sang pahlawan. Hal ini terbentuk dari masa kecilnya yang penuh tekanan, khususnya karena sosok ayah yang tegas. Sejak masih muda, Will berperan sebagai pelindung ibunya. Arketipe pahlawan bukan lagi sekadar kecenderungan perilaku; ia telah menjadi isu yang mendalam. Will merasa bahwa dirinya harus menjadi penjaga ketenangan, penyelamat keluarga, dan suami sempurna. Itulah identitas yang ia bentuk selama bertahun-tahun, baik dalam kehidupan pribadi maupun publik.
Namun, ketika Jada mengakui perselingkuhannya dalam acara Red Table Talk, arketipe pahlawan yang ada dalam diri Will mengalami goncangan besar. Jada tidak bermaksud menyakiti Will; ia hanya menunjukkan nilai kejujuran dan keterbukaan yang selalu ia junjung. Namun bagi Will, pengakuan tersebut memicu ketidakselarasan mental yang kuat. Gambaran dirinya sebagai pelindung bertentangan dengan kenyataan bahwa ia tidak bisa “menyelamatkan” hubungan itu dari rasa sakit. Bayangan Will—yang terdiri dari perasaan tidak cukup, gagal, dan terancam—mulai muncul ke permukaan.
Tegangan internal ini semakin meningkat. Dan ketika tekanan batin tidak memiliki cara yang sehat untuk dilepaskan, ia akhirnya muncul secara tiba-tiba. Bagi beberapa orang, bentuknya adalah mengisolasi diri. Bagi yang lain, muncul sebagai amarah. Bagi Will, bentuknya adalah tindakan spontan di panggung Oscar.
Di sisi lain, karakter Jada dibentuk oleh keinginan akan keaslian dan kebebasan. Ia tidak mematuhi tipe tokoh pahlawan atau pasangan yang harus diselamatkan. Ia lebih dekat dengan tipe pencari makna dan tipe mandiri—yang memandang hubungan sebagai ruang untuk perkembangan diri, bukan sebagai struktur yang harus dipertahankan tanpa batas. Perbedaan nilai pokok ini yang membuat dinamika hubungan mereka terasa kencang: Will ingin memperbaiki, sedangkan Jada ingin memahami dirinya sendiri.
Ketika dua tujuan batin tidak sejalan, hubungan memasuki area yang berisiko. Pada titik ini, orang sering mengatakan tentang “growing pains—istilah yang menggambarkan perasaan tidak nyaman yang muncul ketika dua orang berusaha berkembang bersama.Growing painsbukan konflik yang merusak, melainkan rasa sakit yang timbul ketika seseorang belajar melepaskan kesombongan, berkomunikasi lebih jujur, atau memahami pandangan pasangan. Namun istilah ini sering disalahpahami. Tidak semua rasa sakit dalam hubungan menunjukkan perkembangan.Growing pains hanya terjadi jika kedua belah pihak memiliki kemampuan untuk merenung, keinginan untuk berubah, serta tujuan hubungan yang sejalan.
Sebaliknya, rasa sakit yang timbul darired flag fundamental bukan growing pains—ini merupakan tanda ketidaksesuaian. Jika dibiarkan, rasa sakit tersebut dapat merusak harga diri, memicu rasa bersalah yang terus-menerus, dan pada akhirnya menyebabkan krisis keberadaan yang berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang.
Kisah Will Smith dan Jada menunjukkan bahwa cinta saja tidak cukup. Hubungan memerlukan kesesuaian antara kepribadian, bayangan, dan konstelasi arketipe masing-masing individu. Dua orang bisa saling menyayangi namun tetap tidak cocok secara psikologis. Pada situasi demikian, kedewasaan bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga kemampuan untuk melihat diri sendiri dan pasangan dengan jelas: apakah hubungan ini memperluas atau justru mengurangi kepribadian kita?
Dari malam Oscar tersebut, dunia menyaksikan sesuatu yang tampak sederhana namun sebenarnya sangat rumit: bagaimana luka hati yang belum terselesaikan bisa muncul dalam sebuah tindakan spontan di tempat yang paling tidak terduga. Dan bagaimana dua kehidupan batin yang berbeda dapat saling bersentuhan, saling mencintai, tetapi juga saling melukai—tanpa adanya niat jahat dari salah satu pihak. ***





Saat ini belum ada komentar