Unik, Mahasiswa Universitas Ciputra Sulap Sayur Asam Jadi Keripik Sehat Tanpa Minyak
- account_circle Shinta ms
- calendar_month Rab, 10 Des 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM- Inovasi unik kembali lahir dari mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya.
Tiga mahasiswa Fakultas Pariwisata Jurusan Teknologi Pangan berhasil menciptakan produk camilan sehat berupa keripik sayur asam tanpa minyak, yang terinspirasi dari cita rasa khas Indonesia.
Ketiganya adalah Devina Angela Tanurahardja, Melvina Tjian, dan Cindy Kristina. Produk ini langsung mencuri perhatian saat dipamerkan di ajang SIAL Interfood 2025, salah satu pameran industri makanan terbesar.
Devina menjelaskan, proses pengolahan keripik sayur asam ini tetap mempertahankan keaslian bahan dan rasa.
“Secara garis besar, karena kita pakai sayurnya asli, jadi ada proses pengukusan dulu. Setelah itu, sayur kita campur dengan oat, gula jawa, dan asam jawa,” jelas Devina ditemui di UC pada Rabu (10/12/2025).
Menurutnya, penggunaan gula jawa dan asam jawa sengaja dipertahankan agar cita rasa khas Indonesia tidak hilang.
“Jadi kita tidak menghilangkan khas Indonesia, yaitu gula jawa dan asam jawa. Setelah dicampur, adonan itu kita keringkan dengan dehidrator, jadi benar-benar tanpa minyak,” tambahnya.
Untuk menjaga kandungan serat tetap optimal, proses pengeringan dilakukan dengan suhu rendah.
“Proses pengeringannya sekitar 20 jam di suhu kurang lebih 80 derajat Celsius, supaya seratnya tidak hilang,” ungkap Devina.
Adapun jenis sayuran yang digunakan dalam keripik sayur asam ini meliputi kubis, jagung, dan labu siam.
Meski terdengar unik, keripik sayur asam justru mendapat sambutan positif dari pengunjung pameran.
“Awalnya orang-orang merasa aneh karena baru pertama dengar keripik sayur asam. Tapi setelah dicoba, mereka bilang unik dan rasanya tetap seperti sayur asam,” katanya.
Tak berhenti di satu varian, Devina juga mengungkapkan bahwa timnya tengah mengembangkan varian rasa baru.
“Ke depan pasti ada variasi lagi, tapi saat ini masih dalam tahap pengembangan,” ujarnya.
Untuk pemasaran, ketiga mahasiswa ini mulai memanfaatkan platform digital.
“Sekarang kami coba jual lewat Shopee. Untuk promosi juga lewat media sosial, seperti poster open pre-order,” terang Devina.
Keripik sayur asam ini dibanderol dengan harga Rp25.000 per 20 gram, menyasar segmen konsumen yang peduli camilan sehat.
Dalam proses pengembangannya, tantangan terbesar ada pada peracikan rasa.
“Kesulitannya lebih ke trial and error. Karena sayur asam itu satu hidangan yang kompleks. Rasa manis dan asamnya harus pas, dan juga supaya tidak terlalu berat saat jadi chips,” jelasnya.
Menariknya, seluruh proses trial and error ini hanya dilakukan dalam waktu satu minggu karena berdekatan dengan persiapan mengikuti SIAL 2025.
“Waktu itu sangat mepet. Kami sampai membagi dua tim, satu tim fokus trial and error, dua orang lainnya produksi varian lain. Tapi puji Tuhan, dalam satu minggu kami berhasil membuat keripiknya,” pungkas Devina.
Inovasi ini membuktikan bahwa kreativitas mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya tak hanya menghasilkan ide unik, tetapi juga memiliki potensi besar dalam industri kuliner sehat berbasis kearifan lokal. (sms)
- Penulis: Shinta ms




