Kenaikan Harga Cabai di Jawa Timur: Dampak Cuaca Ekstrem dan Serangan Penyakit, Diprediksi hingga Nataru
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sen, 8 Des 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Harga cabai di wilayah Jawa Timur mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi petani, pedagang, maupun konsumen yang mengandalkan komoditas ini sebagai bahan pokok sehari-hari. Kenaikan harga ini diprediksi akan berlangsung hingga masa Natal dan Tahun Baru (Nataru), menjelang liburan akhir tahun.
Menurut Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim, Nanang Triatmoko, kenaikan harga cabai disebabkan oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah kondisi cuaca yang tidak menentu. Hujan deras yang terus-menerus telah menyebabkan banjir di beberapa daerah, termasuk di Jombang dan sekitarnya. Banjir ini tidak hanya mengganggu aktivitas petani, tetapi juga merusak tanaman cabai yang sedang berkembang.
“Kondisi cuaca ekstrem ini sangat berdampak pada produksi cabai. Banyak lahan pertanian yang tergenang air, sehingga tanaman tidak bisa tumbuh optimal,” jelas Nanang.
Selain itu, serangan penyakit dan hama juga menjadi penyebab utama penurunan kualitas dan jumlah hasil panen. Penyakit seperti Antraknosa, yang disebabkan oleh jamur, sering muncul saat musim hujan. Penyakit ini membuat cabai menguning, busuk, dan mengerut, sehingga mengurangi nilai jualnya.
“Selain Antraknosa, ada juga virus Gemini yang menyebabkan daun keriting dan tanaman kerdil. Akibatnya, cabai tidak bisa berbuah secara maksimal,” tambahnya.
Fluktuasi Harga di Berbagai Daerah
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jawa Timur, harga rata-rata cabai rawit mencapai Rp 73.521 per kilogram. Di Kabupaten Bojonegoro, harga cabai rawit bahkan mencapai Rp 95.000 per kilogram, sementara di Kabupaten Probolinggo, harga terendahnya hanya Rp 30.000 per kilogram.
Sementara itu, harga rata-rata cabai merah besar di Jawa Timur adalah Rp 47.119 per kilogram. Kota Batu memiliki harga tertinggi untuk cabai merah besar, yaitu Rp 63.750 per kilogram, sedangkan Kota Pasuruan memiliki harga terendah, yaitu Rp 38.000 per kilogram.
Dampak pada Petani dan Konsumen
Kenaikan harga cabai memengaruhi berbagai pihak. Petani mengalami kesulitan karena produksi yang menurun akibat cuaca buruk dan serangan penyakit. Di sisi lain, konsumen juga merasa terbebani karena harga yang semakin tinggi.
“Di tingkat petani, harga cabai rawit sudah mencapai Rp 70.000 per kilogram, sementara cabai merah besar sekitar Rp 32.000,” ujar Nanang.
Pedagang juga harus menghadapi tantangan ini. Mereka terpaksa menaikkan harga untuk mempertahankan margin keuntungan, meskipun hal ini dapat memicu ketidakpuasan dari para pembeli.
Upaya Mengatasi Kenaikan Harga
Untuk mengatasi masalah ini, AACI Jatim bersama pemerintah setempat sedang melakukan berbagai langkah. Salah satunya adalah memberikan edukasi kepada petani tentang cara mengelola tanaman dengan lebih baik, termasuk penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat.
Selain itu, diperlukan juga dukungan infrastruktur, seperti sistem drainase yang memadai, agar lahan pertanian tidak tergenang air selama musim hujan.
Prediksi Harga Hingga Nataru
Nanang memprediksi bahwa kenaikan harga cabai akan berlanjut hingga masa Nataru. Hal ini dikarenakan permintaan yang meningkat menjelang liburan dan kurangnya pasokan akibat produksi yang menurun.
“Jika tidak ada perbaikan kondisi cuaca dan pengendalian penyakit, harga cabai bisa terus naik hingga akhir tahun,” katanya.
Dengan situasi ini, semua pihak diminta untuk tetap waspada dan siap menghadapi fluktuasi harga yang mungkin terjadi di masa mendatang. ***





Saat ini belum ada komentar