Kecerdasan Tidak Dipengaruhi Usia, Inilah 9 Ciri Seseorang yang Dapat Memaksimalkan Kemampuan Emosional Agar Lebih Baik
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 15 menit yang lalu
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Bertambahnya usia tidak serta-merta membuat Anda lebih bijaksana atau lebih kuat secara emosional. Kita semua tahu orang-orang yang justru menjadi lebih getir, lebih kaku, dan lebih tertutup seiring bertambahnya usia.
Namun, ada juga yang tampaknya semakin dewasa seiring bertambahnya usia. Mereka menjadi lebih membumi, lebih tangguh, dan lebih damai dengan diri sendiri dan dunia.
Mereka menghadapi kemunduran yang mampu merusak diri mereka yang lebih muda dengan ketenangan yang hampir anggun.
Ini bukan sesuatu yang Anda miliki sejak lahir. Ini merupakan sifat yang Anda latih, terkadang melalui pengalaman, dan seringkali dengan kesulitan.
Namun, ketika Anda mulai mengembangkannya, kualitas-kualitas tersebut akan berkembang seiring berjalannya waktu, sehingga setiap tantangan berikutnya sedikit lebih mudah diatasi dibandingkan sebelumnya.
Dilansir dari Geediting, inilah sepuluh sifat yang tampaknya muncul secara konsisten pada orang-orang yang menjadi lebih tangguh secara emosional seiring bertambahnya usia.
1. Membangun Hubungan yang Baik
Saat masih muda, setiap kegagalan terasa seperti bencana karena kita belum memiliki bukti bahwa kita mampu bertahan dan bangkit kembali.
Namun, orang-orang yang semakin tangguh seiring bertambahnya usia sering kali mengalami kegagalan berulang, sehingga mereka memahami bahwa kegagalan tidaklah menyebabkan kerusakan permanen.
Mereka kehilangan pekerjaan dan mendapatkan pekerjaan yang lain. Mereka pernah ditolak dan berpindah tempat.
Mereka pernah melakukan kesalahan dan mengambil pelajaran darinya. Setiap kegagalan memperkaya portofolio ketangguhan mereka.
Orang yang memiliki ketahanan emosional tidak menghindari tantangan karena kemungkinan kegagalan.
Mereka mengambil risiko yang terkendali karena memahami bahwa kegagalan hanyalah masukan, bukan penilaian terhadap nilai mereka sebagai manusia.
2. Belajar Menghadapi Ketidaknyamanan
Ketika hal yang tidak menyenangkan muncul, seperti percakapan yang rumit atau situasi yang tidak jelas, kecenderungan kebanyakan orang adalah menghindarinya.
Mengalihkan perhatian. Menghilangkannya melalui pekerjaan, makanan, minuman beralkohol, atau terus-menerus menggulir layar.
Orang-orang yang semakin tangguh seiring bertambahnya usia telah mempelajari cara melakukan kebalikannya.
Mereka duduk dengan rasa tidak nyaman. Belajar untuk tetap berada di tengah perasaan yang tidak menyenangkan, seperti kecemasan, kesedihan, rasa malu, atau ketakutan, menciptakan ketangguhan emosional.
Anda menyadari bahwa emosi tidak akan merusak Anda jika Anda mengizinkannya hadir. Emosi muncul, mencapai puncaknya, lalu hilang.
3 Mengendalikan Kebahagiaan Sendiri
Berikut adalah beberapa variasi dari kalimat tersebut: 1. Ini adalah sesuatu yang membutuhkan waktu lama bagi saya untuk mengerti: tidak ada orang lain yang bertanggung jawab atas kebahagiaan Anda. 2. Saya butuh waktu lama untuk menyadari hal ini: kebahagiaan Anda tidak bisa dijamin oleh orang lain. 3. Yang perlu saya pahami dalam waktu lama adalah bahwa tidak ada orang lain yang wajib membuat Anda bahagia. 4. Saya akhirnya memahami bahwa tidak ada orang lain yang bertanggung jawab untuk membawa kebahagiaan kepada Anda, dan ini butuh waktu lama bagi saya. 5. Hal ini memakan waktu lama bagi saya untuk mengerti: kebahagiaan Anda tidak dapat diatur oleh orang lain.
Bukan pasanganmu. Bukan anakmu. Bukan atasanmu, bukan teman-temanmu, juga bukan situasimu.
Orang-orang yang semakin tangguh secara emosional seiring bertambahnya usia tidak lagi menantikan kondisi luaran menjadi sempurna sebelum merasa puas.
Mereka menyadari bahwa kebahagiaan sebagian besar bersifat internal.
Ini tidak berarti mereka menjadi orang yang menyendiri atau berhenti menghiraukan hubungan dan situasi.
Namun, mereka berhenti mengorbankan orang lain demi kebahagiaan emosional mereka sendiri.
Mereka berhenti mengkhayal, “Aku akan bahagia ketika…” dan mulai mencari cara untuk merawat ketenangan serta kepuasan di tempat apa pun mereka berada.
Mengambil alih pengendalian terhadap perasaan Anda memberi kebebasan. Ini mengembalikan kendali kepada Anda sendiri.
4. Berdamai dengan Keterbatasan
Masa muda sering kali berkaitan dengan menunjukkan kemampuanmu. Usia tua adalah tentang menerima hal-hal yang tidak bisa kamu lakukan.
Namun, individu yang berkembang lebih kuat secara emosional memahami bahwa mengakui keterbatasan bukanlah tanda ketidakmampuan.
Hanya kebijaksanaan. Anda tidak mungkin bisa menjadi segalanya bagi semua orang. Anda tidak mampu menguasai setiap kemampuan.
Anda memiliki kelemahan dan kebutaan, dan ini wajar. Berjuang melawan keterbatasan ini menghabiskan energi yang seharusnya bisa digunakan untuk bekerja dengan atau di sekitarnya.
5. Mempertahankan Keingintahuan
Perhatikan bagaimana sebagian orang tua menjadi terpaku pada cara mereka, yakin mereka tahu segalanya, dan tidak mau mempertimbangkan sudut pandang baru? Itu bukan kekuatan emosional.
Itu sikap defensif yang menyamar sebagai rasa percaya diri. Orang yang benar-benar tumbuh lebih kuat seiring bertambahnya usia tetap ingin tahu.
Mereka bersedia mempertimbangkan kembali keyakinan yang telah lama dipegang. Mereka bertanya. Mereka mengakui ketika mereka tidak tahu sesuatu.
Ketertarikan untuk mengeksplorasi diri sendiri dan berubah memerlukan kekuatan emosional yang nyata. Jauh lebih mudah untuk tetap berpegang pada pandangan dunia yang sudah Anda miliki.
Namun, tetap terbuka dan ingin tahu membuat Anda tetap terlibat dalam kehidupan. Itu berarti Anda masih bertumbuh, masih belajar, masih berevolusi.
Di situlah ketahanan emosional berperan. Mengutamakan Koneksi yang Bermakna. Ada yang berubah seiring bertambahnya usia dan kekuatan emosionalmu.
Kamu berhenti mengkhawatirkan jumlah teman dan mulai lebih memperhatikan kualitas teman yang dimiliki.
Orang-orang yang semakin tangguh secara emosional memahami bahwa hubungan yang mendalam memberikan dukungan yang tidak pernah bisa didapat dari interaksi yang dangkal. Mereka lebih memilih satu percakapan tulus daripada sepuluh percakapan yang hanya formal.
6. Belajar Meminta Maaf dan Memaafkan
Harga diri semakin tinggi seiring bertambahnya usia. Kekecewaan yang kamu simpan, permintaan maaf yang kamu tahan, semuanya lebih mahal daripada harganya.
Orang yang berkembang lebih kuat secara emosional belajar untuk meminta maaf ketika mereka melakukan kesalahan, bukan karena mereka lemah, tetapi karena mereka lebih menghargai hubungan daripada kebanggaan diri.
Mereka juga belajar untuk mengampuni, bukan karena orang lain layak menerimanya, tetapi karena menyimpan kebencian itu melelahkan.
Ini tidak berarti menjadi penakut atau membiarkan orang lain menginjakmu. Namun, memilih perkelahian dengan bijak dan menyadari bahwa menahan marah bisa lebih menyakitimu daripada orang lain.
7. Menerima Hal Baik
Kontrol adalah bayangan yang kita bentuk di separuh awal kehidupan dan kita pelajari untuk melepaskannya di separuh akhir kehidupan.
Orang-orang yang memiliki ketahanan emosional membangun apa yang saya istilahkan sebagai penerimaan strategis.
Mereka membedakan antara hal-hal yang dapat mereka kendalikan dan yang tidak. Mereka menghabiskan energi mereka pada yang pertama dan menerima yang kedua dengan tenang.
Anda tidak mampu mengatur apa yang orang lain pikirkan tentang Anda. Anda juga tidak bisa mengontrol situasi ekonomi, cuaca, atau apakah anak-anak Anda akan membuat keputusan sesuai dengan harapan Anda.
Anda hampir tidak mampu mengendalikan pikiran dan emosi Anda sepanjang waktu.
Namun Anda mampu mengatur respons Anda. Upaya yang Anda lakukan. Sikap yang Anda tunjukkan. Integritas Anda. Perubahan fokus tersebut, dari usaha mengendalikan segala sesuatu menjadi pengelolaan yang bijaksana terhadap lingkup pengaruh Anda, merupakan hal yang membanggakan sekaligus memberi kekuatan.
8. Senang Mencari Solusi Alternatif
Orang yang berkembang lebih kuat secara emosional belajar untuk bersikap baik terhadap diri sendiri sebagaimana mereka bersikap baik kepada sahabat dekat.
Saat mereka melakukan kesalahan, mereka mengakui kesalahan tersebut, belajar darinya, dan terus melanjutkan hidup tanpa menyalahkan diri sendiri.
Ini bukan tentang mencari alasan atau menghindari tanggung jawab. Ini berkaitan dengan menyadari bahwa menilai diri sendiri secara berlebihan justru tidak efektif.
Anda mampu mempertahankan tingkat yang tinggi sekaligus bersikap ramah terhadap kekurangan yang tak bisa dihindari sebagai manusia.
9. Menemukan Makna Pribadi Sendiri
Orang yang semakin lemah seiring bertambahnya usia cenderung lebih memperhatikan diri sendiri. Sementara itu, individu yang semakin tangguh cenderung memperluas lingkup perhatian mereka.
Mereka bertindak sebagai relawan. Mereka berperan sebagai pembimbing. Mereka memberikan kontribusi untuk lingkungan sekitar mereka.
Mereka menemukan metode untuk bermanfaat tanpa terkait dengan keuntungan pribadi.
Fokus pada lingkungan sekitar bukan berarti melupakan diri sendiri. Artinya adalah menyadari bahwa Anda termasuk dalam jaringan kemanusiaan yang lebih besar, dan bahwa memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan orang lain sering kali memperbaiki kondisi kebahagiaan Anda sendiri.
Orang-orang yang menjaga tujuan dan komitmennya tampaknya lebih mudah menghadapi rintangan mereka. Mungkin karena pandangan mereka. Mungkin karena hubungan sosialnya. Mungkin karena merasa bermanfaat itu menyenangkan.





Saat ini belum ada komentar