Pengamat Nilai, Karma, Politikus Durhaka, Budi Arie Projo Ditolak Gerindra dan PSI
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 8 jam yang lalu
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Ketua Umum Projo, Budi Arie dianggap telah tidak setia, kini ia mendapat konsekuensi politik.
Itu adalah analisis dari pengamat politik Adi Prayitno mengenai langkah politik Budi Arie belakangan ini.
Seperti yang diketahui, Budi Arie tampaknya ingin melepaskan Projo dari pendukungnya atau tokoh yang selama ini didukung, yaitu Presiden ke-7 RI, Jokowi.
Logo Projo yang berupa gambar wajah Jokowi dalam bentuk siluet ingin diubah. Nama Projo yang awalnya bermakna Pro Jokowi kini diartikan kembali dengan mengacu pada Bahasa Sansekerta.
Saat Jokowi mulai mendekati PSI, partai yang dipimpin oleh adiknya, Kaesang Pangarep, Budi Arie mengumumkan keinginannya untuk bergabung dengan Partai Gerindra.
Ketua cabang Gerindra di berbagai wilayah secara bersama-sama menyampaikan penolakan.
Sementara itu, PSI yang sebenarnya tidak dimaksudkan sebagai pelabuhan politik Budi Arie, ikut-ikutan berkata seolah-olah menutup pintu.
Budi Arie ingin bergabung dengan Partai Gerindra
Pada kesempatan Kongres III Projo, Budi Arie menyatakan niatnya untuk bergabung dengan Gerindra.
Saya mengajukan permohonan izin kepada seluruh anggota Projo agar saya bisa bergabung dengan Partai Gerindra, karena saya baru saja meminta izin. Apakah mereka memberi izin bagi yang ingin bergabung ke Partai Gerindra? Karena kita belum bergabung,” ujar Budi setelah pelaksanaan Kongres ke-3 Projo di Jakarta, Minggu (2/11/2025).
Mantan Menteri Koperasi tersebut menyatakan bahwa relawan Projo menyerahkan sepenuhnya keputusan mengenai partai kepada dirinya.
“Menyerahkan sepenuhnya kepada saya untuk mengambil tindakan guna bergabung dengan Partai Gerindra,” ujarnya.
Selain itu, Budi Arie Setiadi menyangkal anggapan bahwa pihaknya hanya ikut-ikutan dalam mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Ia menekankan bahwa sejak awal, Projo telah memberikan dukungan kepada Prabowo.
“Saya sudah menyampaikan bahwa Projo ini sejak awal mendukung Pak Prabowo,” ujar Budi di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (2/11/2025).
Ia menyatakan bahwa Projo merupakan organisasi pionir yang mendukung Prabowo.
“(Jadi) bukan sekadar menunjukkan dukungan terhadap Prabowo, begitu ya,” tutupnya.
Ditolak Gerindra
Mengutip Kompas TV, beberapa Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra menginginkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) mempertimbangkan Budi Arie sebagai anggota partai.
Kantor DPC Partai Gerindra Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara (Sumut), menolak Budi dengan berbagai alasan.
Ketua DPC Gerindra Pematangsiantar, Gusmiyadi menganggap rencana Budi Arie bergabung ke Gerindra sebagai tindakan pragmatis guna melindungi diri dari kemungkinan ancaman hukum terkait kasus di Kominfo.
Diketahui nama mantan Menteri Koperasi dan Komunikasi serta Informatika (Kominfo) tersebut tercantum dalam surat dakwaan keempat terdakwa. Surat dakwaan yang dibacakan oleh JPU dalam persidangan kasus pengamanan situs judi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Rabu (14/5/2025), menyebutkan bahwa Budi Arie Setiadi mendapatkan 50 persen saat menjabat sebagai Menkominfo.
Selain itu, Gusmiyadi menganggap Budi Arie juga bergabung dengan maksud untuk meraih posisi penting dari Prabowo.
“Langkah praktis ini dianggap sebagai cara untuk menghindari kasus hukum yang mungkin akan menimpanya, sementara itu Budi Arie tentu berharap masih bisa memegang posisi penting di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo,” kata Gusmiyadi, Jumat (7/11/2025).
Di sisi lain, DPC Gerindra Kota Makassar secara tegas menyatakan penolakan terhadap rencana keterlibatan tokoh relawan Jokowi.
Penolakan ini muncul karena kekhawatiran mendalam terhadap gangguan konsistensi perjuangan dan harmonisasi internal partai di Ibu Kota Sulawesi Selatan.
Ketua DPC Gerindra Kota Makassar, Eric Horas menyatakan bahwa Partai Gerindra bersedia menerima siapa pun yang memenuhi kriteria umum dan memahami tujuan perjuangan partai.
Menurutnya, menjadi anggota Gerindra memerlukan komitmen yang jauh lebih besar daripada dukungan terhadap seseorang tertentu di masa lalu.
“Kami berharap agar siapa pun yang bergabung dengan Gerindra bukan hanya karena situasi politik saat ini, tetapi karena memiliki komitmen jangka panjang terhadap tujuan perjuangan partai,” katanya.
Ketua DPC Gerindra Kota Semarang, Joko Santoso mengungkapkan bahwa rencana Budi Arie untuk bergabung ke Gerindra menjadi topik diskusi internal.
Menurutnya, kader di tingkat bawah tidak menginginkan Gerindra menjadi “tameng politik” oleh mantan relawan tim pemenangan Joko Widodo dalam Pemilu Presiden 2014 dan Pemilu Presiden 2019.
“Kita menyoroti mengenai isu Budi Arie yang ingin bergabung dengan Partai Gerindra. Jangan sampai Gerindra menjadi pelindung politik,” kata Joko, dilansir dari Kompas.com, Jumat (7/11/2025).
“Siapa saja berhak untuk bergabung selama memiliki satu tujuan dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara,” katanya.
PSI Tutup Pintu
Di tengah penolakan dari pimpinan cabang Gerindra, PSI juga tampaknya menolak dengan menutup pintu bagi Budi Arie.
Ketua Harian Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ahmad Ali secara tegas menyatakan bahwa partai berlogo gajah tersebut tidak pernah memanggil Budi Arie untuk bergabung.
“PSI tidak perlu menawarkan Budi Arie. Saya tegas menyatakan, bahwa PSI tidak pernah menawarkan Budi Arie untuk bergabung di PSI,” kata Ali saat diwawancarai di Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (14/11/2025), dilansir dari Kompas.com.
Ahmad Ali menyebut mengenai sikap Budi Arie yang memutus hubungan dengan Jokowi.
Seperti yang diketahui, PSI merupakan partai yang sangat menghormati Jokowi sebagai panutan.
Meskipun partai tersebut mendapatkan 2,81 persen suara nasional dalam Pileg 2024, mereka tetap mengadopsi Jokowisme sebagai dasar ideologisnya.
“Tidak, tidak ada namanya. Dia adalah relawan Pak Jokowi. Namun kemudian dia mengganti namanya, bukan lagi Pro Jokowi, artinya dia bukan lagi relawan Pak Jokowi,” kata Ali.
Di sisi lain, Ali enggan memberikan komentar mengenai sikap sejumlah kader Partai Gerindra yang menolak Budi Arie untuk bergabung ke partai yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto.
Ia kembali menegaskan bahwa PSI tidak pernah mengajak Budi Arie menjadi anggota partai.
“Tidak ada komentar. Namun PSI tidak pernah menawarkan Budi Arie untuk bergabung dengan PSI. Hal ini penting dicatat,” tambah Ali.
Karma Politikus Durhaka
Ahli politik Adi Prayitno menganggap Budi Arie, yang memiliki basis dukungan dari kelompok relawan Projo, sedang menghadapi tantangan berat.
Penolakan dari Gerindra dan PSI menunjukkan bahwa Budi Arie tidak memiliki daya tarik dalam pemilu.
“Ternyata Pak Budi bersama relawan politiknya, barisan politiknya itu tidak mungkin bergerak ke kanan maupun kiri. Tidak ada satupun yang tertarik untuk merekrut dan mengajak Budi Arie menjadi bagian dari mereka,” kata Adi saat berbicara di channel Youtubenya @adiprayitnoofficial, tayang Sabtu (16/11/2025).
Kepala Eksekutif Parameter Politik Indonesia juga menyatakan bahwa Projo tidak terlalu signifikan dalam lingkup politik nasional.
Besaran jumlah pengikut hingga kepopuleran Budi Arie tidak mampu menarik perhatian beberapa partai.
Ini menunjukkan bahwa sebenarnya Projo dan Pak Budi Arie bukan siapa-siapa. Mereka mengklaim sebagai relawan politik yang hebat dan seterusnya. Mungkin bagi mereka memang begitu. Namun ketika diuji coba di partai lain, seperti Gerindra atau PSI, ternyata relawan ini tidak memiliki arti apa pun.
Logikanya jika memang Projo kuat. Jika Pak Budi Ari hebat, memiliki jaringan dan relasi yang bisa dipercaya, seharusnya partai-partai ini berbondong-bondong melamar.
“Tapi kenyataannya meskipun Projo dan Budi Arie ingin bergabung dengan partai seperti Gerindra, ditolak, ini apa maksudnya? Ya, jelas bahwa relawan Projo ini tidak terlalu penting,” katanya.
Adi juga melihat adanya karma atau hukum sebab akibat yang dialami Budi Arie ketika ditolak oleh Gerindra dan PSI.
Sejak Projo dibentuk dan dipimpin oleh Budi Arie 11 tahun yang lalu, Adi menganggap langkah politiknya tidak ramah.
Pada tahun 2014, saat awal berdirinya, Projo memiliki hubungan dekat dengan PDIP, memberikan dukungan penuh kepada Jokowi yang menjadi calon presiden untuk periode pertamanya.
Budi Arie adalah mantan anggota PDIP yang pernah menjabat posisi penting di Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PDIP.
Namun pada tahun 2014 ia meninggalkan posisi tersebut dan fokus memimpin Projo.
Sama halnya pada tahun 2019, Projo masih menjalin hubungan baik dengan PDIP dan keduanya bersama-sama mendukung Jokowi dalam Pemilu Presiden.
Sementara hubungan Jokowi dengan PDIP mulai retak, Projo pun mengambil sikap.
Kelompok relawan tersebut memutuskan tetap mendukung Jokowi dan secara perlahan menjauhi PDIP.
Sekarang, ketika Jokowi tidak lagi menjabat, Projo pergi.
Budi Arie juga mengumumkan rencana untuk bergabung dengan Gerindra, partai yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto, serta membawa rombongan Projo.
Adi menganggap Budi Arie dengan Projonya bersikap tidak hormat. Ia akhirnya mendapat konsekuensi penolakan dari Gerindra dan PSI.
Sepertinya setelah tidak lagi dekat dengan PDIP, Projo memutuskan untuk bergabung dengan Jokowi, namun kemudian secara perlahan juga ditinggalkan dan ingin mendekati Gerindra, tetapi ditolak.
Ini adalah pelajaran yang penting. Perilaku politik yang tidak taat dan berpindah-pindah seperti ini tampaknya mulai tidak terlalu diterima di negara ini. ***

Saat ini belum ada komentar