Tim SAR 24 Jam Evakuasi Korban Ambruknya Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Kam, 2 Okt 2025
- comment 0 komentar

Kondisi Evakuasi di Pondok Pesantren Al Khoziny
DIAGRAMKOTA.COM – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, menjelaskan situasi yang terjadi selama proses evakuasi para korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan 4 lantai dari Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Ia menyampaikan penjelasan tersebut saat mendampingi Menteri Sosial Saifullah Yusuf dalam kunjungan ke RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo.
Emil mengungkapkan bahwa Badan SAR Nasional (Basarnas) langsung bergerak cepat setelah kejadian. Namun, muncul pertanyaan tentang penggunaan alat berat seperti ekskavator atau crane. Menurutnya, alat-alat tersebut sebenarnya sudah disiapkan, tetapi tidak digunakan karena dapat membahayakan para korban yang diduga masih hidup di bawah puing-puing.
“Ketika ekskavator dinyalakan, akan terjadi getaran yang bisa memicu bahaya,” ujar Emil.
Untuk memastikan keselamatan korban, Basarnas membagi area reruntuhan menjadi tiga zona. Proses evakuasi dilakukan berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan. Pada malam pertama evakuasi, hanya ada enam korban yang berhasil dievakuasi. Namun, jumlah ini bertambah hingga mencapai 11 orang.
Hingga Rabu malam, empat korban selamat telah dievakuasi dan dibawa ke RSUD R.T. Notopuro. Salah satu korban adalah Syehlendra Haical (14 tahun), yang suaranya viral di media sosial ketika berkomunikasi dengan petugas SAR gabungan di bawah reruntuhan.
Menurut Syehlendra, petugas SAR hanya bisa berkomunikasi melalui komunikasi verbal. Namun, seiring waktu, mereka mulai bisa menjangkau korban dan memberikan makanan serta air. Bahkan, beberapa korban diberi asupan nutrisi tambahan seperti infus untuk menjaga kondisi kesehatan mereka.
Petugas SAR terus berupaya tanpa henti untuk mengevakuasi korban yang masih terjebak. Emil menjelaskan bahwa setiap kali mendengar tanda kehidupan, petugas langsung bergerak. Menurutnya, tim SAR sangat peka dalam mendeteksi tanda-tanda kehidupan.
Selain itu, petugas SAR juga melakukan berbagai cara untuk menjangkau korban, termasuk memberi oksigen, makanan, dan minuman. Mereka bahkan melakukan penjebolan bangunan dari bawah tanah dan menyangga bongkahan puing-puing menggunakan alat dan balok kayu.
“Jika ruang sempit, mereka harus mencari jalan alternatif. Ada yang space-nya turun 10 sentimeter, maka harus diganjel. Ini sangat sulit,” kata Emil.
Ia memastikan bahwa petugas SAR bekerja 24 jam sehari. Meskipun tidak ada istirahat, mereka bergantian dalam shift kerja. Pekerjaan di ruang sempit dan penuh risiko membuat setiap dua jam saja sudah sangat melelahkan.
Selain petugas SAR, ambulans milik rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya juga terus berjaga di lokasi kejadian. Korban selamat sebelum naik ke ambulans akan diobservasi oleh dokter terlebih dahulu. Setelah itu, mereka langsung dibawa ke IGD RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo dengan persiapan yang matang.***
Saat ini belum ada komentar