Risma is Back: Faksi Internal Berebut Panggung
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 3 jam yang lalu
- comment 0 komentar

Tri Rismaharini. Foto Istimewa
DIAGRAMKOTA.COM – Mantan Wali Kota Surabaya sekaligus eks Menteri Sosial, Tri Rismaharini, kian sering muncul di berbagai kegiatan publik di Surabaya dan Sidoarjo. Kemunculan intens itu memunculkan spekulasi kuat bahwa Risma tengah memanaskan mesin politiknya jelang Pemilu 2029.
Sepanjang 2024–2025, Risma tampak aktif menghadiri beragam agenda sosial — mulai dari jalan sehat, pengajian warga, hingga kunjungan ke pasar dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di kawasan pesisir Sidoarjo. Ia juga kerap bertemu relawan dan tokoh masyarakat, mempererat kedekatan dengan basis pemilih loyal di Jawa Timur.
Di salah satu kesempatan, Risma bahkan turun langsung mengatur lalu lintas di lokasi kecelakaan dan membantu tim Basarnas saat tragedi ambruknya gedung pondok pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Gaya blusukan khasnya kembali terlihat, menimbulkan nostalgia dan simpati warga.
Secara organisasi, Risma kini menempati posisi penting di struktur Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan periode 2025–2030, tepatnya di bidang Penanggulangan Bencana. Jabatan ini menempatkannya kembali di lingkar elite partai, memperkuat sinyal bahwa ia tengah menyiapkan langkah strategis menuju Senayan.
“Posisi di DPP dan aktivitas intens di akar rumput adalah modal penting jika Risma benar-benar akan maju ke DPR RI,” ujar seorang kader PDIP yang enggan disebut namanya, Rabu (15/10/2025).
Namun, kabar kembalinya Risma ke gelanggang politik tak sepenuhnya berjalan mulus. Dari internal PDIP Kota Surabaya, muncul dinamika baru menjelang perebutan posisi Ketua DPC PDIP Surabaya yang semua tahu putra Mahkota Risma, Fuad Benardi yang saat ini duduk di Parlemen Jawa Timur digadang-gadang sebagian kecil kubu di PDIP Surabaya untuk mengisi kekosongan tersebut.
Sejumlah faksi di tubuh partai disebut juga mulai bersaing untuk memperebutkan pengaruh, terlebih sejak nama Risma kembali populer di lapangan.
Beberapa kader muda dikabarkan tak sepenuhnya sepakat dengan gaya politik Risma yang dianggap terlalu dominan. “Risma memang figur kuat, tapi partai ini bukan milik satu orang. Banyak kader juga berhak tumbuh,” kata sumber internal PDIP Surabaya.
Di sisi lain, kalangan eksternal PDIP juga mulai mengamati gerak Risma dengan waspada. Partai-partai pesaing di wilayah Surabaya dan Sidoarjo menilai kembalinya Risma bisa mengubah peta persaingan politik lokal, terutama bila ia memutuskan maju melalui daerah pemilihan (dapil) Jatim I yang mencakup Surabaya-Sidoarjo.
Pertanyaan pun bermunculan: apakah Risma akan bersaing dengan nama-nama besar PDIP lain seperti Eri Cahyadi di akhir periode Walikota-nya atau tokoh nasional partai yang juga melirik dapil strategis tersebut? Ataukah ia akan mendapat jalan khusus dari DPP sebagai “magnet suara” partai di Jawa Timur?
Langkah politik Risma juga disebut bisa menimbulkan friksi baru, mengingat hubungannya dengan Wali Kota Surabaya saat ini, Eri Cahyadi, sempat dikabarkan merenggang. “Kalau Risma maju, otomatis pengaruhnya akan berhadapan dengan jaringan kekuasaan lokal yang kini sudah mapan. Ini yang sedang diantisipasi partai”.
Meski belum ada pernyataan resmi, tanda-tanda kembalinya Risma ke arena politik kian terang. Dengan rekam jejak dua periode memimpin Surabaya dan pengalaman di kabinet, Risma berpotensi menjadi salah satu magnet suara terbesar PDIP di Jawa Timur. Namun di balik itu, dinamika internal dan perebutan pengaruh di tubuh banteng tampaknya belum akan reda dalam waktu dekat.
Penulis: Nawi