Moroseneng Masih Hidup, DPRD: Janji Eri Cahyadi Omong Kosong!
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Jum, 3 Okt 2025
- comment 0 komentar

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan Gedung Serbaguna dan beberapa fasilitas umum (Fasum), seperti Lapangan Badminton, Lapangan Futsal, Rumah Batik dan juga Cafe di Jalan Klakah Rejo RW IX, Jumat (26/7/2024) lalu. Sumber Foto : Pemkot Surabaya
DIAGRAMKOTA.COM – Informasi masih beroperasinya lokalisasi Moroseneng di kawasan Sememi Jaya I dan Sememi Jaya II memantik kemarahan dari legislatif Kota Surabaya. Imam Syafi’i, anggota DPRD Kota Surabaya, tak bisa menutupi kekecewaannya setelah mendapati informasi bahwa praktik prostitusi di lokasi yang seharusnya sudah ditutup itu tetap berjalan.
Politisi Partai NasDem ini menuding Pemkot Surabaya, khususnya Wali Kota Eri Cahyadi, telah ingkar janji terkait komitmen penutupan total Moroseneng. Ia menilai, fakta bahwa tempat prostitusi legendaris itu masih beroperasi merupakan bukti kegagalan sistemik Pemkot dalam menangani isu sosial yang sensitif.
“Ini bukan lagi soal kecolongan, tapi ini bukti kegagalan sistemik Pemkot Surabaya. Janji-janji penutupan total lokalisasi Moroseneng, yang dulu didengungkan oleh walikota dan jajarannya, ternyata omong kosong belaka,” tegas Imam saat ditemui Kamis (2/10).
Menurut Imam, keberadaan Moroseneng bukan sekadar masalah ketertiban umum, tetapi juga menyangkut moralitas kota dan masa depan generasi muda. Ia menyoroti lokasi prostitusi tersebut yang berada sangat dekat dengan fasilitas publik seperti taman baca masyarakat dan rumah padat karya, tempat anak-anak seharusnya mendapat ruang edukasi.
“Ini tempat esek-esek, beroperasi gelap-gelapan di samping taman baca dan rumah padat karya? Apa kita mau anak-anak kita yang seharusnya belajar dan berkarya melihat praktik maksiat ini setiap hari? Ini tamparan keras untuk moral kota,” sergahnya penuh emosi.
Imam mengaku sudah sejak lama mendesak Pemkot Surabaya untuk menutup permanen lokalisasi Moroseneng. Bahkan pada 2022, ia pernah melakukan inspeksi mendadak ke lokasi tersebut dan menemukan indikasi masih adanya aktivitas prostitusi. Namun hingga kini, Pemkot dinilai hanya melakukan langkah setengah hati.
“Waktu sidak 2022, saya sudah minta ini ditutup total dan dialihfungsikan. Kenapa sekarang malah kambuh? Ini menunjukkan aparat penegak Perda di bawah pemkot main-main atau bahkan tutup mata,” tandasnya.
Ia pun kembali menekan Wali Kota Eri Cahyadi agar segera mengambil langkah nyata. Menurutnya, penutupan hanya sebatas razia insidental tidak akan menyelesaikan masalah, terlebih jika operasi itu selalu bocor informasinya. “Kita minta, segera lakukan penutupan permanen. Jangan sekadar gertak sambal atau razia insidental yang bocor informasinya,” pungkas Imam. (dk/nw)