Investor Global dengan Aset Rp45 Triliun Minta Pemerintah Berhentikan Deforestasi
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sen, 20 Okt 2025
- comment 0 komentar

Investor Global Minta Pemerintah Berhenti dan Pulihkan Hutan
DIAGRAMKOTA.COM – Sejumlah besar investor global yang mengelola dana hingga lebih dari 3 triliun dolar AS meminta pemerintah di berbagai negara untuk segera menghentikan deforestasi serta degradasi ekosistem paling lambat pada tahun 2030. Seruan ini disampaikan dalam sebuah pernyataan yang diberi nama Belém Investor Statement on Rainforests, yang dirilis menjelang penyelenggaraan COP30 di Belém, Brasil, pada bulan November mendatang.
Pernyataan tersebut telah ditandatangani oleh sedikitnya 30 investor institusional, termasuk bank swasta asal Swiss Pictet Group dan manajer aset asal Norwegia DNB Asset Management. Perjanjian ini masih terbuka hingga 1 November 2025, sehingga bisa diikuti oleh lebih banyak pihak.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa dunia masih jauh dari target penghentian deforestasi. Selama tahun 2024, luasan hutan yang hilang mencapai 8,1 juta hektare. Angka ini setara dengan wilayah sebesar Inggris. Sebagian besar kerusakan ini disebabkan oleh ekspansi pertanian dan kebakaran hutan.
Investor menyatakan bahwa mereka semakin khawatir akan risiko finansial yang signifikan terhadap portofolio investasi mereka akibat deforestasi tropis dan hilangnya keanekaragaman hayati. Hal ini menjadi salah satu alasan utama di balik tuntutan mereka kepada pemerintah.
Para investor menekankan pentingnya kebijakan yang mampu memberikan kepastian hukum, regulasi, dan pembiayaan guna melindungi hutan serta menjaga stabilitas ekonomi. Menurut Jan Erik Saugestad, CEO Storebrand Asset Management asal Norwegia, deforestasi melemahkan sistem alam yang menjadi fondasi pasar global, mulai dari pengaturan iklim hingga ketahanan pangan dan air.
Sebelumnya, Uni Eropa menunda penerapan aturan antideforestasi atau EUDR selama satu tahun setelah menghadapi penolakan dari kalangan industri dan mitra dagang seperti Brasil, Indonesia, dan Amerika Serikat. Negara-negara ini menilai aturan tersebut akan menimbulkan biaya tinggi dan merugikan ekspor mereka ke Eropa.
Di sisi lain, Ingrid Tungen, Kepala Divisi Pasar Bebas Deforestasi di Rainforest Foundation Norway, menyebut bahwa sikap Presiden AS Donald Trump yang skeptis terhadap isu iklim turut menghambat dukungan terhadap upaya lingkungan global. Ia mengatakan bahwa Trump membuat situasi menjadi lebih sulit bagi investor dan manajer aset untuk mempertimbangkan faktor iklim dan keanekaragaman hayati dalam kondisi pasar yang sangat tidak stabil.
Menurut Tungen, para investor kini menyadari bahwa mengabaikan risiko perubahan iklim dan hilangnya alam tidak hanya berimplikasi moral, tetapi juga mengancam stabilitas pasar dan profit jangka panjang. Ia menambahkan bahwa semua investor yang diajak bicara melihat risiko besar jika isu iklim dan diversifikasi diabaikan. Ini bukan sekadar soal nilai, tetapi soal keberlanjutan pasar dan keuntungan mereka sendiri.





Saat ini belum ada komentar