Wawali Armuji Tindaklanjuti Kasus Bullying di SDN Ketabang Surabaya, Korban Trauma Tak Mau Sekolah

DIAGRAMKOTA.COM– Kasus perundungan kembali mencoreng dunia pendidikan di Kota Surabaya. Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, turun langsung ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Ketabang, Kecamatan Genteng, setelah menerima laporan adanya dugaan bullying terhadap seorang siswa kelas 4 berinisial AP.

Kronologi Perundungan Sejak Kelas 3 SD

Ayah korban, PY, mengungkapkan bahwa perundungan yang dialami anaknya sudah berlangsung sejak AP duduk di bangku kelas 3. Tiga teman sekelasnya, masing-masing berinisial RI, RE, dan F, disebut kerap menyembunyikan barang-barang milik AP, mulai dari baju olahraga, pulpen, hingga pensil.

“Sampai suatu ketika si AP marah terus mendorong pelaku itu, tapi gak sampai jatuh. Terus anak ini (pelaku) saat lapor ke wali kelasnya bukannya mendamaikan, justru malah AP yang disalahkan. Kesannya membela gitu,” jelas PY saat menyampaikan keluhannya kepada Armuji.

Masuk kelas 4, perundungan semakin parah. Menurut PY, AP kembali menjadi korban saat bukunya disembunyikan. Lebih dari itu, anaknya bahkan dipaksa ke kamar mandi dan dipukul hingga perkelahian terjadi. Kacamata yang dikenakan AP pecah akibat insiden tersebut.

Mediasi Keluarga dan Respons Sekolah

PY menambahkan, ketika istrinya menghubungi orang tua pelaku, salah satu orang tua akhirnya mengakui keterlibatan anaknya. Namun, pihak keluarga pelaku menolak membuat surat pernyataan agar perundungan tidak terulang.

“Dalam pertemuan itu wali kelas AP (saat kelas 3) malah bilang kalau AP banyak catatan jelek di rapor, suka nampol, lari-larian di kelas. Sementara tiga pelaku yang jelas-jelas melakukan, catatannya bersih. Jadi kok malah kami yang dipojokkan,” ungkap PY.

PY menilai pihak sekolah cenderung ingin kasus selesai dengan jalan damai tanpa ada kepastian perlindungan bagi anaknya. Bahkan, salah satu orang tua pelaku disebut mengancam akan memviralkan kasus ini.

“Waktu kami minta surat pernyataan resmi, pihak sekolah dan keluarga pelaku menolak. Akhirnya kami yang bikin surat itu sendiri sebagai jaminan agar AP tidak lagi dibully,” tambahnya.

Meski begitu, perundungan tetap berlanjut hingga membuat AP enggan masuk sekolah sejak Kamis (18/9/2025).

“Bahkan Senin depan (22/9/2025) kemungkinan AP juga tidak mau sekolah lagi karena trauma,” tutur PY.

Kepala Sekolah Anggap Sudah Damai

Kepala SDN Ketabang, Sutiana, memberikan penjelasan berbeda. Ia menegaskan bahwa kasus tersebut sebenarnya telah diselesaikan secara kekeluargaan.

“Kemarin itu bahkan antar siswa sudah minta maaf, peluk-pelukan, damai. Tapi, malah pak PY bawa-bawa tentara ke sini,” ujar Sutiana.

Pihak sekolah, kata dia, sudah menasihati para siswa agar tidak mengulang tindakan perundungan. Namun, Sutiana menolak permintaan keluarga korban untuk membuat surat pernyataan resmi.

“Pak PY ini minta ada tanda tangan di atas materai. Sedangkan mereka ini masih anak-anak kecil, masa disuruh bikin surat pernyataan seperti itu,” terangnya.

Armuji Minta Sekolah Pastikan Keamanan Siswa

Menyikapi polemik tersebut, Wawali Armuji, meminta pihak sekolah bertanggung jawab penuh agar kasus serupa tidak terulang.

“Sudah, yang penting kasus ini sekarang sudah damai. Saya minta pihak sekolah memastikan agar kejadian ini tidak terulang lagi, supaya AP mau kembali ke sekolah,” kata Armuji, yang akrab disapa Cak Ji.

Ia menegaskan pemerintah kota akan menjamin keamanan AP serta mendorong lingkungan sekolah untuk lebih peduli terhadap kasus bullying.

“Saya yang menjamin agar tidak ada lagi yang membully AP. Jadi memang kasus ini menjadi bahan introspeksi diri bagi kita semua,” tegasnya. [@]