Kepala Kantor Staf Kepresidenan dan Kekhawatiran Rocky Gerung
DIAGRAMKOTA.COM – Pengamat politik sekaligus mantan dosen filsafat Universitas Indonesia (UI), Rocky Gerung, menyampaikan kekhawatirannya terkait pengangkatan Muhammad Qodari sebagai Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) RI. Keputusan ini dinilai memiliki potensi untuk memunculkan persepsi bahwa Presiden Prabowo Subianto mungkin ingin menjalani periode ketiga.
Rocky Gerung menyoroti keputusan Presiden Prabowo Subianto dalam reshuffle Kabinet Merah Putih Jilid III, di mana M Qodari resmi dilantik menjadi Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) di Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Rabu (17/9/2025). Qodari menggantikan Letjen (Purn) TNI AM Putranto, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Kepala KSP.
Qodari dikenal sebagai salah satu loyalis Presiden RI ke-7, Joko Widodo (Jokowi). Menurut Rocky Gerung, gagasan yang disampaikan oleh Qodari dinilai merusak demokrasi. Demokrasi sendiri merupakan sistem pemerintahan di mana kekuasaan dipegang oleh rakyat, baik secara langsung maupun melalui perwakilan yang dipilih melalui pemilu, dengan prinsip utama seperti kebebasan berpendapat, kesetaraan, dan partisipasi warga dalam pengambilan keputusan.
Gagasan yang dimaksud adalah ketika Qodari menyiratkan dukungan agar Jokowi diperpanjang menjadi tiga periode. Sebelumnya, Qodari juga sempat menyuarakan ide wacana memasangkan Jokowi dan Prabowo Subianto sebagai calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024. Alasannya, ia merasa optimis pasangan ini mampu menekan polarisasi di tengah masyarakat.
Dari sudut pandang Rocky Gerung, ide tersebut mencerminkan pola pikir konservatif yang ingin mempertahankan kekuasaan. Ia menilai, penunjukan Qodari sebagai Kepala KSP justru mengimplikasikan bahwa Prabowo tidak memahami tuntutan masyarakat untuk membersihkan kabinet dari pihak-pihak yang menentang demokrasi.
Dalam tayangan yang diunggah di kanal YouTube-nya, Rocky Gerung menyampaikan bahwa kedudukan Qodari yang tiba-tiba naik pangkat dan dijadikan sebagai orang kedua negara, kepala staf kantor presiden, dalam pengertian dia yang mengatur jadwal dan mengkoordinir isu segala macam. Dengan posisi tersebut, Presiden dianggap tidak peka dengan tuntutan reformasi dan tuntutan anak-anak muda untuk bersihkan kabinet dari kelompok yang tidak punya pikiran demokratis.
Rocky Gerung juga khawatir akan munculnya persepsi bahwa Prabowo ingin lanjut tiga periode juga, seperti yang pernah digagas oleh Qodari. Meski mengakui bahwa Qodari adalah temannya, Rocky menegaskan bahwa dalam kedudukannya saat ini, Qodari dianggap menyetujui sifat manipulatif dari apa yang dilakukan oleh Qodari itu, yaitu “menyorongkan ide tiga periode”.
Ia menilai bahwa etos di dalam demokrasi tidak dipahami oleh Presiden Prabowo. Orang seperti Qodari seharusnya tidak boleh ada di dalam kabinet yang bersifat ingin memajukan demokrasi karena pikiran Qodari konservatif dan tidak progresif. Konservatif artinya ingin kekuasaan tidak berubah, dan itu yang telah dibuktikan dengan gagasan Jokowi diperpanjang tiga periode.
Isu tiga periode itu berasal dari kelompok Qodari. Jika kita hitung, etos ini kenapa tidak diperhatikan oleh Pak Prabowo? Dari segi itu, Presiden Prabowo cacat etis akhirnya dalam catatan netizen, karena menaikkan kedudukan Qodari sehingga mercusuar demokrasi justru terhalang oleh awan gelap yang dipromosikan Qodari ketika menjadi bagian atau agen dari kepentingan Jokowi untuk memaksa publik menerima ide tiga periode itu.
Dengan kedudukan yang tinggi yaitu kepala staf presiden, itu artinya kehidupan republik kita akan digiring kembali oleh Qodari ke dalam ide-ide yang tidak demokratis. Itu dasar etisnya. (*)