Pengalaman PMI Ponorogo Saat Menghadapi Badai Topan Ragasa di Hong Kong
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Rab, 24 Sep 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Badai Topan Ragasa yang muncul pada akhir September 2025 mengguncang kawasan Asia, termasuk wilayah Hong Kong. Cuaca ekstrem ini memicu kekhawatiran bagi warga setempat dan juga para pekerja migran Indonesia yang tinggal di sana. Salah satu dari mereka adalah Ruli, seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Ponorogo yang telah enam tahun tinggal di Tuen Mun, New Territories.
Topan Ragasa menyebar dari Filipina menuju Taiwan, Hong Kong, dan wilayah Provinsi Guangdong di Tiongkok. Kondisi cuaca yang tidak menentu menyebabkan pihak berwenang meningkatkan pengawasan dan memberikan peringatan kepada penduduk. Otoritas setempat meminta warga untuk tetap di dalam ruangan dan menghindari aktivitas luar ruangan yang berisiko.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong juga memberi imbauan kepada WNI agar menjaga keselamatan diri. Mereka diminta mematuhi arahan pemerintah setempat dan menghindari risiko yang bisa terjadi selama badai berlangsung.
Ruli mengatakan bahwa selama masa badai, banyak aktivitas yang diliburkan. Sekolah dan tempat kerja umumnya ditutup sementara hanya layanan publik seperti rumah sakit dan kepolisian yang tetap beroperasi. Ia sendiri sebagai asisten rumah tangga tetap bekerja di dalam rumah majikannya.
Sejak adanya peringatan dini dari Hong Kong Observatory, Ruli dan warga lainnya telah mempersiapkan kebutuhan pokok seperti bahan makanan dan air minum. Hal ini dilakukan agar tidak kesulitan ketika kondisi cuaca semakin buruk.
Meski situasi ini cukup mengkhawatirkan, Ruli tidak terlalu panik. Menurutnya, badai tropis sering terjadi di Hong Kong antara bulan Mei hingga November. Namun, Topan Ragasa kali ini dinilai lebih parah karena mencapai level 10, yang merupakan skala tertinggi dalam peringatan badai di wilayah tersebut.
Selain Ruli, banyak PMI lainnya juga menghadapi tantangan serupa. Mereka harus bersiap menghadapi cuaca ekstrem sambil tetap menjalankan tugas sehari-hari. Dalam situasi seperti ini, persiapan dan kesiapan mental menjadi faktor penting untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga.
Pengalaman Ruli menunjukkan betapa pentingnya kesiapan diri dan informasi yang akurat dalam menghadapi bencana alam. Bagi PMI, hal ini menjadi bagian dari proses adaptasi dan penyesuaian diri di negara baru.





Saat ini belum ada komentar