Asal Muasal Gunungan Tempe di Sendenganmijen, Sidoarjo

DAERAH, SERBA-SERBI743 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COM – Tradisi Gunungan Tempe di Desa Sendengan Mijen, Krian, Sidoarjo. pertama kali muncul pada tahun 2018 sebagai bagian dari perayaan Sedekah Bumi. Tradisi ini lahir dari kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya lokal dan mengangkat identitas desa yang dikenal sebagai sentra pengrajin tempe.

Kepala Desa Sendengan Mijen, Hasanuddin, mengungkapkan pada awak Media Diagramkota.com Minggu,(16/02/2025) bahwa ide ini terinspirasi dari Tumpeng Durian Wonosalam, yang telah dikenal luas sebagai ikon daerah penghasil durian.

M Hasanuddin kepala desa sendenganmijen, Krian Sidoarjo (foto by: Achmad Adi)

“Wonosalam punya tumpeng durian karena banyak penghasil durian di sana. Kami berpikir, di desa kami banyak pengrajin tempe, kenapa tidak membuat sesuatu yang mencerminkan potensi lokal, Dari situlah muncul ide Gunungan Tempe,” ujar Hasanuddin.

Baca Juga :  Artis Cantik Yang Selalu Tampil Sexy Di Media Sosial

Awalnya, masyarakat masih sebatas mengikuti acara tanpa keterlibatan penuh. Namun, seiring waktu, kesadaran mulai tumbuh, dan mereka semakin aktif dalam menyukseskan tradisi ini.

“Kalau dulu hanya sekadar ikut serta, sekarang masyarakat merasa acara ini milik mereka. Contohnya, tahun ini seribu kaos acara telah terjual, menunjukkan antusiasme yang luar biasa,” tambahnya.

Gunungan Tempe terus berkembang setiap tahunnya, baik dari segi ukuran maupun jumlah tempe yang digunakan. Pada tahun 2024, gunungan ini mencapai tinggi 10 meter dan tersusun dari 1.250 tempe, menjadikannya daya tarik utama dalam prosesi Ruah Desa.

Setelah diarak, tempe-tempe yang tersusun rapi ini akan dibagikan kepada warga sebagai simbol keberkahan dan kebersamaan. Tradisi ini kini menjadi bagian dari identitas Desa Sendengan Mijen dan diharapkan dapat terus dilestarikan serta dikenal lebih luas.(Di)

Baca Juga :  Cara Mendapatkan Tiket Pesawat Murah Untuk Liburan Hemat

Share and Enjoy !