Wacana Pembangunan Kasino di Bali Melenceng dari Konsep Pariwisata Pulau Dewata yang Berbasis Alam dan Budaya

DAERAH843 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COM – Pulau Bali, yang dikenal karena keindahan alam dan budayanya, telah menjadi pusat perhatian bagi banyak orang. Namun, wacana tentang pembangunan kasino di Bali telah menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat.

Menurut Menparekraf Sandiaga Uno, wacana tersebut melenceng dari konsep pariwisata Bali yang berbasis alam dan budaya. Sandiaga menunjukkan bahwa Bali saat ini sudah memiliki banyak tempat hiburan, mulai dari karaoke hingga klub malam.

“Menurut saya, kita fokus kepada kekuatan daya tarik alam dan budaya yang sudah dimiliki,” kata Sandiaga saat ditemui di Kuta, Badung, Bali pada Selasa (6/8/2024) lalu.

Dia percaya bahwa rencana pembangunan kasino di Bali berpotensi merusak perekonomian warga Bali. Dia mencontohkan Singapura, yang sangat berhati-hati saat membuka kasino dan mempertimbangkan pendapatan Gross Domestic Product (GDP) per kapita.

Baca Juga :  Unik, 192 Ekor Ikuti Kontes Domba Kambing Piala Bupati Pasuruan

“Mereka bisa memagari dan berani menawarkan judi, tetapi di lokasi-lokasi tertentu dengan syarat sangat ketat. Ini mesti betul-betul dipikirkan,” imbuhnya.

Selain itu, Sandiaga juga menegaskan bahwa kasino bertentangan dengan norma yang berlaku di Indonesia dan bahwa negara sedang berperang melawan perjudian.

Dia menyarankan bahwa Bali harus fokus pada cara lain untuk mendapatkan Pendapatan Daerah (PAD) daripada mengandalkan kasino.

Sementara itu, Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta juga menolak kehadiran kasino di Bali, mengatakan bahwa pariwisata Bali harus menekankan adat dan budaya. Dia percaya bahwa Bali dapat maju tanpa mengancam akar adat dan budaya mereka.

“Bali boleh maju. Tapi, dengan kemajuan Bali jangan sampai menggerus akar adat dan budaya karena kita menjual pariwisata berbudaya,” kata Giri Prasta.

Baca Juga :  Polresta Sidoarjo Gelar Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2024

Wacana tentang pembangunan kasino di Bali telah menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa orang yang percaya bahwa ini bertentangan dengan konsep pariwisata Bali yang berbasis alam dan budaya.

“Saya percaya bahwa Bali harus fokus pada cara lain untuk mendapatkan PAD dan mempertahankan identitas budaya dan agama,” tandas Prasta. (dk/niluh ishanori)

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *