Oleh: Magrifatulloh
Diagram Kota Madina – Di wilayah Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, kegiatan mencetek atau mancetek telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun bagi sebagian orang kalimat “mancetek” mungkin terdengar asing, namun bagi warga setempat, ini adalah aktivitas yang sangat dikenal.
Awaluddin, seorang warga Tambangan, berbagi pengalamannya tentang mencetek. Ia datang ke Kota Nopan untuk mengais rezeki, terutama menjelang hari lebaran.
Meskipun seringkali para penambang emas disebut sebagai mafia di media, Awaluddin merasa bahwa mereka adalah orang-orang baik yang menyambutnya dengan hangat di lokasi tambang.
Bagi mereka yang bekerja sebagai pencetek, tidak ada ikatan kerja yang jelas, dan penghasilan yang diperoleh bervariasi tergantung pada rezeki masing-masing, berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribu per hari.
Selama alat berat beroperasi, ratusan warga Kotanopan ikut mencetek di sela-sela alat berat untuk mengumpulkan material pasir dan batu.
Kehidupan sehari-hari para pekerja tambang emas ini memberikan gambaran yang menarik tentang dinamika sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Mencetek bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga merupakan cerminan dari semangat dan ketahanan hidup masyarakat setempat.
Mencetek di Kotanopan juga merupakan perjuangan bagi kaum Ibu dalam mengais rejeki. Selama beberapa tahun terakhir, praktik mencetek di Kotanopan telah menjadi semakin populer, terutama di kalangan kaum ibu.
Awalnya, mencetek merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum laki-laki, namun sekarang kaum ibu juga ikut serta dalam mencari emas melalui praktik ini.
Tren ini dimulai sekitar tiga tahun lalu ketika alat berat mulai mengambil material galian C di Sungai Batang Gadis wilayah Desa Tombang Bustak.
Puluhan ibu-ibu dan anak-anak meminta kepada operator alat berat agar material galian C tersebut diambilkan untuk mereka. Dengan kerelaan hati sang operator, material galian C ini mereka dulang dan menghasilkan emas.
Pekerjaan mencetek ini biasanya dilakukan oleh ratusan kaum ibu pada siang hari, sementara pada malam hari dilakukan oleh kaum laki-laki. Hasil dari mencetek ini digunakan untuk menambah biaya rumah tangga dan keperluan sekolah anak-anak mereka.
Semakin hari, praktik mencetek semakin ramai, terutama karena harga komoditas alam semakin murah dan seringnya munculnya harimau di areal sawah dan kebun warga. Mencetek menjadi salah satu alternatif pekerjaan yang menjanjikan bagi mereka.
Para tukang cetek datang ke lokasi tambang dengan membawa terpal untuk menampung material pasir dan tanah, serta membawa dulang untuk membersihkan material pasir sehingga emasnya dapat didapatkan.
Praktik mencetek ini telah menjadi bagian penting dalam upaya mencari tambahan penghasilan bagi masyarakat Kotanopan.
Dengan semangat pantang menyerah, kaum ibu di Kotanopan terus berjuang melalui praktik mencetek untuk mencari emas demi menunjang kehidupan keluarga mereka. Agar bisa bertahan hidup, demi kelanjutan sekolah anak-anaknya di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu. (dk)