Penemuan 2.294 Kasus TBC di Sumenep, Dinkes Jelaskan Makna Angka Ini
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sel, 11 Nov 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Angka penemuan kasus tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mencatat angka yang cukup tinggi. Sebanyak 2.294 kasus baru ditemukan sepanjang tahun ini. Angka ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Namun, pihak Dinas Kesehatan P2KB Sumenep memberikan penjelasan terkait makna dari angka tersebut.
Upaya Deteksi Berjalan Efektif
Kepala Dinas Kesehatan P2KB Sumenep, Ellya Fardasyah, menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kasus bukanlah tanda buruk. Justru, hal ini menunjukkan bahwa program deteksi dini TBC sedang berjalan dengan baik. Semakin banyak kasus yang ditemukan, semakin besar peluang untuk melakukan pengobatan secara masif dan efektif.
“Semakin banyak ditemukan, semakin baik. Artinya, upaya pengobatan bisa dilakukan lebih masif,” ujar Elly dalam pernyataannya.
Pentingnya Kesadaran Masyarakat
Meski angka penemuan meningkat, Elly mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap gejala TBC. Penyakit ini menular seperti Covid-19 karena menyerang paru-paru. Oleh karena itu, kesadaran akan gejala awal sangat penting agar pengobatan dapat dilakukan secepat mungkin.
“Kalau paru-parunya sudah kena, mau bagaimana lagi,” tambah dia.
Program TOS TB untuk Mengendalikan Penularan
Dalam upaya mengendalikan penularan TBC, Dinas Kesehatan P2KB Sumenep terus menggencarkan gerakan Temukan, Obati, Sampai Sembuh (TOS TB). Gerakan ini dilakukan serentak di sejumlah kabupaten dan kota di Indonesia.
Harapan dari program ini adalah agar masyarakat mulai melakukan deteksi dini secara mandiri. Gejala seperti batuk selama tiga minggu dan demam di malam hari menjadi tanda-tanda TBC yang harus segera diperiksa.
Peran Lingkungan dalam Pencegahan TBC
Elly juga menekankan pentingnya kesadaran dari lingkungan terdekat. Penularan TBC sering terjadi melalui kontak erat, sehingga pengendalian harus dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitar.
“Mulailah dari diri sendiri dulu, lalu keluarga, baru tetangga,” ujarnya.
Masalah Utama: Keterlambatan Pengenalan Gejala
Menurut Elly, masalah utama dalam penanganan TBC adalah keterlambatan masyarakat dalam mengenali gejala penyakit ini. Banyak warga tidak menyadari bahwa kondisi mereka adalah TBC, sehingga pengobatan terlambat dilakukan.
“Kadang masyarakat tidak sadar kalau itu TBC, jadi terlambat pengobatannya,” ungkap dia.
Kombinasi Antara Deteksi dan Pengobatan
Elly menegaskan bahwa jumlah kasus hanya akan menjadi masalah jika tidak diimbangi dengan penanganan yang memadai. Jika temuan tinggi namun pengobatannya rendah, maka kondisi ini akan menjadi masalah. Namun, jika kedua faktor ini tinggi, maka itu berarti program telah berhasil.
“Baru dianggap kurang baik kalau temuan tinggi tapi pengobatannya rendah. Tapi kalau keduanya tinggi, itu berarti berhasil,” tutupnya.
Data TBC di Sumenep
Pada tahun 2023, kasus TBC tercatat sebanyak 2.556 kasus, tahun 2024 sebanyak 2.589 kasus, dan hingga Oktober 2025 sebanyak 2.294 kasus. Angka ini merupakan bagian dari target penemuan yang harus dicapai dalam rangka eliminasi TBC tahun 2030.
Selain itu, Dinas Kesehatan P2KB Sumenep juga mencatat, sejak Januari hingga pertengahan November 2025, sebanyak 53 warga meninggal dunia akibat TBC. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya penyakit ini dan pentingnya tindakan cepat dalam pengobatan. ***





Saat ini belum ada komentar