Prospek Cuan JPFA vs CPIN di Tengah Sentimen MBG Prabowo
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sel, 30 Sep 2025
- comment 0 komentar

Ekspektasi Tinggi untuk Saham JPFA dan CPIN di Tengah Program Makan Bergizi Gratis
DIAGRAMKOTA.COM – Dalam beberapa bulan terakhir, saham perusahaan unggas seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) menarik perhatian investor. Hal ini didorong oleh berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung sektor industri unggas, termasuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dengan anggaran belanja negara yang cukup besar, yaitu Rp171 triliun pada tahun ini dan diperkirakan meningkat menjadi Rp335 triliun pada 2026, program MBG menjadi salah satu fokus utama.
Program ini memberikan harapan tinggi bagi pertumbuhan kinerja keuangan kedua perusahaan tersebut. Banyak analis memperkirakan bahwa peningkatan permintaan akan bahan baku makanan bergizi gratis akan berdampak positif pada penjualan dan laba bersih JPFA dan CPIN. Berdasarkan data dari Bloomberg Terminal, sebanyak 20 dari 22 analis merekomendasikan saham CPIN dengan target harga Rp5.921,67 dalam 12 bulan ke depan. Angka ini menunjukkan potensi return sebesar 21,1% dari harga saat ini di level Rp4.810. Sementara itu, untuk JPFA, 26 analis memberikan rekomendasi buy dengan target harga Rp2.322,50, yang mencerminkan potensi return sebesar 17,6%.
Proyeksi Pertumbuhan Penjualan dan Laba Bersih
Dari sisi penjualan, konsensus mengharapkan peningkatan signifikan untuk CPIN. Pada tahun 2025, penjualan diproyeksikan mencapai Rp68,92 triliun, tumbuh 2,14% secara year on year (YoY). Pada 2026, angka ini diperkirakan meningkat lagi menjadi Rp73,60 triliun, tumbuh 6,79% YoY. Penjualan dari segmen broiler diperkirakan tumbuh 3,28% YoY pada tahun ini menjadi Rp36,47 triliun, dan naik lagi menjadi Rp38,96 triliun pada 2026. Sementara itu, penjualan dari segmen pakan diproyeksikan mencapai Rp17,04 triliun pada 2025, tumbuh 3,65% YoY, dan diperkirakan naik menjadi Rp18,01 triliun pada 2026.
Dari sisi laba bersih, CPIN diperkirakan akan tumbuh 9,76% YoY pada 2025 menjadi Rp4,07 triliun, dan kembali tumbuh 10,06% YoY menjadi Rp4,48 triliun pada 2026. Namun, ada tantangan yang harus dihadapi, seperti penurunan permintaan konsumsi domestik. Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Ezaridho Ibnutama, menyatakan bahwa proyeksi penjualan CPIN pada paruh kedua 2025 akan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan semester kedua 2024 sebesar 14% YoY. Dengan demikian, proyeksi penjualan CPIN oleh NH Korindo lebih rendah dibanding estimasi konsensus.
Proyeksi Kinerja Keuangan JPFA
Sementara itu, JPFA juga menunjukkan pertumbuhan yang positif. Penjualan JPFA pada tahun ini diproyeksikan tumbuh 5,11% YoY menjadi Rp58,65 triliun, dan pada 2026 diperkirakan tumbuh 7,72% menjadi Rp63,18 triliun. Laba bersih JPFA pada tahun ini diperkirakan tumbuh 0,81% YoY menjadi Rp3,04 triliun, dan pada 2026 diperkirakan tumbuh 10,58% menjadi Rp3,36 triliun.
Salah satu sekuritas yang merekomendasikan JPFA adalah Sinarmas Sekuritas. Dalam risetnya, mereka menyebutkan bahwa program MBG akan menjadi katalis positif bagi industri unggas. Manajemen JPFA telah terlibat dalam memasok suplai bahan baku program MBG yang berjalan sejak 6 Januari 2025. Sinarmas Sekuritas memproyeksikan laba bersih JPFA untuk tahun fiskal 2026 akan tumbuh 16,6% YoY dibandingkan tahun fiskal 2025, didukung oleh stabilnya harga DOC dan unggas hidup serta peningkatan dari Program MBG.
Risiko yang Harus Diperhatikan
Meskipun ada proyeksi positif, beberapa risiko tetap menjadi perhatian. Perubahan regulasi, persaingan yang semakin ketat, daya beli konsumen yang melemah, hingga volatilitas harga komoditas unggas dapat memengaruhi kinerja kedua perusahaan. Sinarmas Sekuritas merekomendasikan beli untuk JPFA dengan target harga di Rp2.400.
Dengan proyeksi keuangan yang membaik di tahun depan, investor tetap perlu mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang mungkin memengaruhi kinerja perusahaan. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca.
Saat ini belum ada komentar