Kantor Airlangga Negaskan Kesepakatan Dagang Indonesia-AS Tak Pernah Berakhir, Ini Penjelasannya
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Kam, 11 Des 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM — Kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat yang mengurangi tarif ekspor RI ke AS menjadi 19 persen dari ancaman 32 persen kini berada di ambang kegagalan. Seorang pejabat AS menyebut Jakarta mundur dari beberapa komitmen yang disepakati pada Juli 2025 sehingga negosiasi berisiko gagal.
Meskipun demikian, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto membantah adanya hambatan khusus yang menyebabkan proses berjalan lambat. Ia menegaskan bahwa proses masih berlangsung dan dinamika negosiasi biasa terjadi.
“Proses perundingan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat masih berlangsung, tidak ada masalah khusus dalam perundingan yang sedang dilakukan, dinamika dalam proses perundingan adalah hal yang wajar,” kata Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto kepada Media, Kamis (11/12/2025).
Haryo menambahkan bahwa pemerintah berharap perundingan segera mengakhiri masa ketidakpastian dan mencapai solusi yang saling menguntungkan. “Pemerintah Indonesia berharap kesepakatan dapat segera selesai dan bermanfaat bagi kedua belah pihak,” ujar Haryo.
Sebelumnya, kesepakatan kerangka perdagangan yang diumumkan pada Juli 2025 mencakup komitmen Indonesia untuk menghapus tarif impor terhadap lebih dari 99 persen barang Amerika Serikat serta menghilangkan hambatan non-tarif bagi perusahaan Amerika. Sebagai balasannya, AS mengurangi tarif untuk produk Indonesia menjadi 19 persen.
Namun, pejabat Amerika Serikat yang mengetahui pembicaraan menyebutkan bahwa Indonesia meminta beberapa komitmen tidak bersifat mengikat dan ingin merevisi beberapa pasal. Pemerintah AS menganggap tindakan ini akan membuat hasil akhir menjadi lebih buruk bagi Washington dibanding kesepakatan yang telah dicapai AS dengan Malaysia dan Kamboja.
Sumber pemerintah Indonesia menyatakan bahwa diperlukan penyesuaian bahasa dalam dokumen kesepakatan sebelum akhirnya ditetapkan. Di sisi lain, laporan Financial Times yang dikutip oleh Reuters menunjukkan bahwa AS menyoroti kemunduran Indonesia dalam menghapus hambatan non-tarif, termasuk untuk produk industri, pertanian, serta isu perdagangan digital.
Pembicaraan lanjutan ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai perwakilan utama Indonesia. Dengan meningkatnya ketegangan, hasil akhir dari diskusi tersebut akan menentukan apakah tarif sebesar 19 persen benar-benar berlaku tetap atau justru memberi kesempatan kembali untuk menerapkan tarif tinggi terhadap produk-produk Indonesia di pasar Amerika Serikat. ***





Saat ini belum ada komentar