Inovasi Cerdas! Wisata Petik Melon Premium di Sidoarjo Bikin Petani Untung, Pengunjung Senang

DIAGRAMKOTA.COM – Inovasi di dunia pertanian kini kian menarik perhatian, salah satunya lewat wisata petik melon premium hidroponik yang dikembangkan oleh Fatchul Izza di Desa Bendotertek  prambon, Sidoarjo.

Lewat konsep agrowisata modern yang ia beri nama Kebon’Eyaz, Fatchul sukses mengubah kebun melon menjadi tempat edukatif sekaligus mendatangkan cuan lebih besar dibanding penjualan konvensional.

Screenshot 2025 06 03 13 17 57 67 6012fa4d4ddec268fc5c7112cbb265e7

“Saya buat wisata petik ini karena omsetnya lebih besar, Dibanding jual ke tengkulak yang hanya dihargai Rp20.000-an per kilo, di sini bisa Rp30.000 dan langsung ke tangan konsumen,” ujar Fatchul kepada diagaramkota Minggu, (20/04/2025).

Menurutnya, wisata petik pertama kali digelar pada 26 Januari 2025 dengan hasil panen mencapai 1 ton 7 kwintal. Usaha pertanian hidroponik tersebut sudah dirintis sejak September 2024 dan kini masuk masa panen kedua, yang berlangsung tiap 70 hari sekali.

Wisata petik ini pun mendapat respons positif dari masyarakat. Tak hanya warga sekitar Sidoarjo dan Mojokerto, pengunjung dari Surabaya hingga Lamongan juga mulai berdatangan.

Pembeli melon premium
Anisa salah satu pembeli asal tarik Sidoarjo datang langsung ke kebon’eyaz untuk bisa panen melon premium secara langsung

“Saya lebih tertarik datang langsung ke Kebon’Eyaz milik Fatchul Izza daripada beli di supermarket.Di sini jelas lebih fresh dan juga harganya lebih murah. Ini yang bikin saya penasaran ingin melihat langsung metode hidroponik melon premium seperti apa,” ujar Anisa, warga Tarik yang datang bersama keluarganya.

Dalam kebunnya, Fatchul menanam empat jenis melon premium yakni Sweet Hami Blues, Sweet Aprilia, Sweet Lavender, dan Imthanom. “Bibitnya kami datangkan dari Thailand, Korea, dan Jepang. Tapi sekarang sudah mudah didapatkan di Indonesia karena makin banyak yang budidaya,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa tingkat kemanisan buah melon yang ditanam telah distandarkan di angka 15 brix, menjadikannya lebih manis dan berkelas premium.

Sistem hidroponik dalam greenhouse juga dipilih karena lebih efisien dan minim risiko. “Perawatannya lebih mudah dan serangan hama juga lebih sedikit daripada di lahan terbuka. Jadi dari sisi hasil dan kualitas, lebih menguntungkan,” tutup Fatchul.(Di)