Diagramkota.com – Kasus hukum yang menjerat guru sering kali menyita perhatian publik, karena guru adalah sosok penting dalam membentuk karakter generasi muda. Sidoarjo juga tak luput dari masalah ini.
Pada 2016, Sambudi, seorang guru SMP di Sidoarjo, menghadapi kasus setelah dituduh mencubit seorang siswa berinisial SS. Cubitan itu, yang terjadi saat SS diduga tidak shalat berjamaah, berujung pada laporan orang tua murid ke Polsek Balongbendo, menyusul kabar bahwa SS mengalami memar.Kasus tersebut mencuri perhatian luas kala itu, dan menjadi peringatan bagi banyak pihak tentang cara mendidik.
Kini, agar kejadian serupa tidak terulang, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud) Sidoarjo, Tirto Adi, menekankan pentingnya pendekatan penuh kasih dalam mendidik. “Guru harus menjadi panutan dalam kasih sayang dan keharmonisan,” ujarnya di Pendapa Delta Wibawa. Menurut Tirto, terdapat tiga hal yang mesti dihindari dalam mendidik: perilaku bullying, pelecehan seksual, dan sikap intoleransi.
“Bullying, baik fisik maupun psikis, sudah tidak boleh ada lagi di dunia pendidikan,” tegas Tirto. Dia mengingatkan bahwa dunia pendidikan harus mencerminkan ar-rahman dan ar-rahim, yaitu penuh kasih dan sayang terhadap anak didik. Pendekatan inilah yang ia harapkan akan menghindarkan guru dari perilaku yang bisa menyakiti siswa, baik secara fisik maupun mental.
Selain itu, Tirto menekankan agar guru menghindari tindakan atau ucapan yang dapat berpotensi dianggap sebagai pelecehan seksual dan tidak menunjukkan sikap intoleransi terhadap perbedaan. “Sikap intoleransi harus dihindari karena dapat memicu perpecahan. Kita perlu menciptakan suasana pendidikan yang harmonis dan inklusif,” tambahnya.
Dengan pendekatan penuh kasih dan pedoman ini, Tirto berharap dunia pendidikan di Sidoarjo akan semakin kondusif, aman, dan inklusif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan dididik dengan penuh perhatian.(Dk/di)