Bulan Bung Karno: Warisi Apinya, Bukan Abunya, pesan Ketua DPRD Surabaya

LEGISLATIF1448 Dilihat

Rumah Pak Tjokro, yang lebih dulu dijadikan museum, ditempati Bung Karno sebelum melanjutkan sekolah di Bandung (kini ITB) hingga lulus meraih gelar insinyur.

Peristiwa ketiga, pada 21 Juni 1970, Bung Karno wafat dan mewariskan gagasan-gagasan besar bagi generasi penerus Indonesia dan dunia, termasuk keyakinan bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa.

“Itu sebabnya, bulan Juni dikenang sebagai Bulan Bung Karno. Mengutip Bung Karno, kita warisi apinya! Jangan abunya,” ujar Adi.

Adi menyebut Surabaya sebagai tempat penting dalam pertumbuhan nasionalisme dan perjuangan Indonesia di masa lalu. Bung Karno menyebut kota ini sebagai dapur nasionalisme Indonesia.

“Surabaya menjadi tempat pembentukan gagasan Indonesia di masa kolonial Belanda. Kota ini memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran sebagai bangsa yang merdeka, bebas dari penjajahan,” jelasnya.

Baca Juga :  Fraksi PKB Desak Kajian Independen untuk Proyek Reklamasi Surabaya Waterfront Land

Menurut Adi, berbagai pergerakan dan perlawanan rakyat terjadi di Surabaya sebelum dan sesudah kemerdekaan.

“Ada sejumlah peristiwa besar di Surabaya. Salah satunya, pertempuran 10 November 1945 di awal kemerdekaan Indonesia, yang setiap tahun kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa heroik itu didahului dengan perobekan bendera Belanda di Hotel Majapahit dan Resolusi Jihad yang membangkitkan perlawanan hebat dari rakyat terhadap tentara sekutu,” tutur Adi.

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *