Layanan Fisioterapi di Puskemas Trenggalek: Upaya Meningkatkan Kemandirian Lansia dan Difabel
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 2 jam yang lalu
- comment 0 komentar

Pemerintah Kabupaten Trenggalek terus berupaya meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya lansia dan difabel. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah penerapan layanan fisioterapi di beberapa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Langkah ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam menjaga kesehatan fisik serta meningkatkan kemandirian mereka.
Pilot Project di 6 Puskesmas
Sebagai bagian dari program pilot project, enam Puskesmas di Kabupaten Trenggalek telah menyediakan layanan fisioterapi. Enam lokasi tersebut yaitu Puskesmas Panggul, Dongko, Ngulankulon, Karangan, Tugu, dan Puskesmas Trenggalek. Layanan ini disediakan oleh tenaga fisioterapis yang melakukan kunjungan ke setiap Puskesmas secara bergilir.
Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Trenggalek, Sunarto, menjelaskan bahwa layanan ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan lansia dan difabel. “Dengan umur harapan hidup yang tinggi, masyarakat lebih rentan mengalami ketergantungan. Oleh karena itu, kami memberikan layanan fisioterapi sebagai upaya memperkuat kemampuan mereka,” ujar Sunarto.
Menghadapi Tantangan Akses Kesehatan
Kabupaten Trenggalek memiliki wilayah yang sebagian besar berbukit dan pegunungan. Hal ini membuat akses ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) menjadi lebih sulit. Selain itu, banyak pasien dengan mobilitas terbatas tidak memiliki kendaraan yang memadai untuk pergi ke RSUD. Akibatnya, banyak dari mereka cenderung menunda atau tidak melakukan pengobatan.
Untuk mengatasi hal ini, Dinkes Trenggalek merencanakan penyediaan layanan fisioterapi dan psikologi klinis di seluruh Puskesmas. Dengan adanya layanan ini, masyarakat dapat menerima perawatan di dekat tempat tinggal mereka tanpa harus pergi jauh-jauh.
Keterbatasan Sumber Daya
Meskipun layanan fisioterapi sangat dibutuhkan, Dinkes Trenggalek masih menghadapi keterbatasan sumber daya manusia. Tenaga fisioterapis yang tersedia masih terbatas, sehingga layanan hanya bisa diberikan secara bergilir antar Puskesmas. Sunarto menjelaskan, “Saat ini kita hanya memiliki satu fisioterapis yang bisa menangani semua Puskesmas. Untuk itu, kami harus mengatur jadwal agar semua daerah bisa mendapat manfaat.”
Selain itu, petugas Puskesmas juga diminta untuk ikut berlatih agar dapat membantu dalam proses terapi. Tujuannya adalah agar keluarga pasien bisa belajar cara memberikan bantuan di rumah. “Setelah dilatih, nanti akan ada kunjungan ulang untuk melihat perkembangan dan memastikan latihan sudah benar,” tambah Sunarto.
Antusiasme Masyarakat Tinggi
Layanan fisioterapi yang diberikan di Puskesmas Trenggalek mendapatkan respons positif dari masyarakat. Banyak warga yang antusias mengikuti program ini. Bahkan, beberapa kali petugas harus membatasi jumlah pasien karena permintaan terlalu banyak.
Sunarto menyebutkan, “Kemarin sampai membatasi karena yang daftar banyak, sedangkan fisioterapis kita cuma satu. Kalau menangani terlalu banyak, membutuhkan waktu cukup panjang sehingga tidak bisa.” Meski begitu, ia optimis bahwa layanan ini akan terus berkembang dan mencakup lebih banyak Puskesmas di masa depan.
Keberlanjutan Program
Dinkes Trenggalek berkomitmen untuk memperluas layanan fisioterapi di seluruh Puskesmas. Namun, langkah ini membutuhkan peningkatan jumlah tenaga ahli dan sarana pendukung. Dengan dukungan dari masyarakat dan pemerintah, diharapkan layanan ini bisa menjadi solusi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan difabel di Kabupaten Trenggalek.





Saat ini belum ada komentar