Kembalinya Shin Tae-yong? Justin Bicara Arahan Baru PSSI Pasca Era Kluivert
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 2 jam yang lalu
- comment 0 komentar

Kedekatan PSSI dengan Jepang
DIAGRAMKOTA.COM – Di tengah keriuhan spekulasi tentang pelatih baru Timnas Indonesia, muncul suara dari Coach Justinus Lhaksana yang dikenal sebagai sosok yang selalu jujur dan tegas dalam menyampaikan pendapatnya. Menurutnya, arah kebijakan PSSI kali ini bisa saja berbelok ke Asia, khususnya Jepang. Ia melihat bahwa hubungan antara PSSI dan Jepang bukanlah hal baru. Sejak beberapa tahun terakhir, kedua federasi sepak bola tersebut telah menjalin kolaborasi teknis dan program pembinaan.
Jepang tidak hanya memberikan pelatih-pelatih berkualitas, tetapi juga memiliki pengaruh besar dalam pendekatan sport science dan manajemen tim nasional muda. Dari sudut pandang ini, Coach Justin melihat adanya sinyal bahwa sepak bola Indonesia mungkin akan kembali mengikuti model Asia Timur yang disiplin dan terstruktur.
Namun, ia tetap realistis dengan mengatakan bahwa pemain Indonesia mayoritas berasal dari latar belakang Belanda. Hal ini membuatnya merasa ragu apakah model Asia akan cocok atau tidak. Ini menjadi dilema yang menarik, karena Indonesia kini hidup di antara dua dunia: teknik Eropa dan semangat Asia.
Shin Tae-yong di Persimpangan Jalan
Shin Tae-yong (STY) masih menjadi sorotan publik setelah perannya dalam membawa Timnas Indonesia mencapai babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Ini adalah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya. STY menjadi simbol kerja keras dan kedisiplinan yang khas Asia. Ia berhasil membentuk mental bertanding baru bagi pemain muda seperti Marselino dan Pratama Arhan.
Namun, hubungan antara STY dan PSSI sempat renggang akibat perbedaan visi, khususnya dalam hal penekanan pada tim senior versus tim muda. Kini, dengan kosongnya kursi pelatih kepala, publik berspekulasi apakah PSSI akan kembali memanggil STY seperti yang dilakukan Arab Saudi dengan Herve Renard.
Coach Justin menilai bahwa hal itu bisa saja terjadi. “Bisa aja, gak ada masalah. Kan selalu bilang siapa pun yang ditunjuk PSSI kita dukung. Kalau aneh-aneh baru kita kritik,” ujarnya dengan tawa khasnya.
Jesus Casas dan Bayangan Eropa
Di sisi lain, nama Jesus Casas, mantan pelatih Irak, juga mulai santer disebut-sebut sebagai kandidat kuat. Pelatih asal Spanyol ini memiliki rekam jejak yang apik, termasuk membawa Irak juara Piala Teluk dan mencatat 20 kemenangan dari 33 laga. Casas bahkan pernah menjadi bagian dari tim pelatih Spanyol di era Luis Enrique hingga De la Fuente, sehingga memahami filosofi tiki-taka dan adaptasi modernnya di Asia.
Namun, menurut Coach Justin, asal negara bukan segalanya. “Gak penting pelatihnya dari mana. Yang penting bermain sesuai kapasitas kita,” ujarnya. Pesan sederhana ini menunjukkan bahwa Indonesia butuh pelatih yang nyambung dengan karakter pemain, bukan sekadar nama besar di CV.
Antara Harapan dan Kenyataan
Kembali atau tidaknya STY, atau apakah PSSI akan memilih jalur Jepang atau Spanyol, satu hal pasti: publik Indonesia selalu menaruh cinta yang terlalu besar pada tim nasionalnya. Setiap pergantian pelatih bukan hanya soal taktik, tapi juga identitas dan harapan.
Coach Justin mungkin benar: sepak bola Indonesia kini berada di persimpangan antara disiplin Asia dan gaya Eropa. Namun, yang paling dibutuhkan oleh Tim Garuda bukan hanya strategi, tetapi kesinambungan visi — sesuatu yang selama ini sering terputus di tengah jalan.
Saat ini belum ada komentar