Investor Asing Kabur dari Asia Tenggara, Indonesia hingga Thailand Ditinggal
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Rab, 22 Okt 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM — Investor asing terpantau keluar dari pasar negara berkembang Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, hingga Thailand. Adapun, investor global mengembalikan dananya masuk ke negara maju, seperti Jepang, di tengah kenaikan tensi dagang global.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai beli bersih atau net buy asing sebesar Rp529,77 miliar pada perdagangan kemarin, Senin (20/10/2025). Namun, sepanjang 2025 berjalan (year to date/ytd), pasar saham Indonesia masih mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp51,01 triliun.
Di sisi lain, larinya dana dari investor global terjadi pula di pasar saham negara-negara tetangga. Pasar saham Malaysia misalnya mencatatkan larinya dana investor global sebesar US$3,81 miliar sepanjang 2025 berjalan sampai 8 Oktober 2025.
Kemudian, pasar saham Filipina mencatatkan larinya dana investor global mencapai US$684 juta. Dana asing di pasar saham Thailand juga keluar sebesar US$2,87 miliar. Pasar saham Vietnam pun mencatatkan net sell asing sebesar US$03 miliar.
Bahkan, pasar saham India mencatatkan larinya dana investor global sebesar US$17,59 miliar sepanjang 2025 berjalan sampai 7 Oktober 2025.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan larinya dana investor global dari pasar saham sejumlah negara berkembang didorong oleh persepsi risiko ekonomi dilihat dari credit default swap (CDS) yang meningkat di masing-masing negara.
“Gambarannya, baik di pasar saham dan obligasi, investor global banyak meninggalkan negara-negara seperti Malaysia, Filipina, Indonesia, Thailand, bahkan India. Ini menunjukkan persepsi risiko sudah sedemikian besar,” ujar Rully dalam Media Day Mirae Asset Sekuritas pada beberapa waktu lalu.
Sementara itu, investor global kemudian banyak menyasar pasar saham negara-negara maju. China misalnya mencatatkan masuknya dana dari investor global ke pasar sahamnya sebesar US$27,39 miliar. Lalu, Jepang mencatatkan masuknya dana dari investor global ke pasar sahamnya sebesar US$12,45 miliar.
“Ini karena ada growth story di negara maju. Jadi ke depan, sepertinya pertumbuhan ekonomi global akan didorong oleh manufaktur hingga teknologi. Jadi equity market banyak larinya ke negara-negara tersebut,” kata Rully.
Meskipun, menurut Rully, di tengah larinya dana asing, kondisi indeks komposit seperti di Indonesia tetap kinclong. Indeks harga saham gabungan (IHSG) menanjak 2,19% pada perdagangan Senin (20/10/2025) ke level 8.088,97. IHSG pun kokoh di zona hijau, naik 14,25% ytd.
Menurut Rully, di Indonesia, kondisi pasar sahamnya saat ini digerakan oleh investor ritel domestik. Kokohnya IHSG pun menurutnya didorong oleh saham-saham multibagger besutan konglomerat. Sejumlah saham seperti bank jumbo yang biasa menjadi penopang indeks pun tidak terlalu berkinerja baik pada tahun ini.
“Saham-saham penggerak valuasinya sudah mahal, dari saham-saham konglomerat Prajogo Pangestu, Sinarmas, hingga Salim. PE [price to earning] ratio sudah ratusan kali. Sementara fundamental stagnan,” ujar Rully.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. DIAGRAMKOTA.COMtidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.





Saat ini belum ada komentar