Kepala Bappenas: Kasihan Sri Mulyani Indrawati Rencana Pembebasan Pajak Investor Asing di WMC dan Family Office

EKONOMI1131 Dilihat

AHBI SURABAYAMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa baru-baru ini menyoroti rencana pembebasan pajak untuk investor asing yang masuk ke Wealth Management Consulting (WMC) atau family office.

Rencana ini bertujuan untuk menjaring dana dari keluarga-keluarga kaya, terutama di Asia. Namun, investor ini tidak akan dikenakan pajak, tetapi mereka harus berinvestasi dan investasi mereka yang akan dipajak.

Suharso menyoroti beban berat yang akan ditanggung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pembebasan pajak tersebut. Sri Mulyani diminta untuk meningkatkan rasio pajak, tetapi juga harus memberikan insentif fiskal.

Rencana pembebasan pajak ini telah menimbulkan perdebatan di kalangan para ahli dan pemangku kepentingan. Bahwa itu akan mendorong lebih banyak investor asing ke WMC dan family office, sementara yang lain mengkhawatirkan dampak potensial pada stabilitas fiskal negara.

Baca Juga :  Komitmen Implementasi GCG, Pegadaian Kanwil XII Surabaya Mendukung Penuh Kebijakan Zero Tolerance Terhadap Fraud

“Saya kasihan banget sama Ibu Menteri Keuangan (Sri Mulyani) yang beliau didorong untuk mendorong tax ratio-nya naik, tapi kemudian juga harus memberikan insentif fiskal,” kata Suharso, di Kompleks DPR RI di Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (4/7/2024).

Menurutnya, pemerintah bisa menggelontorkan insentif dalam bentuk lain untuk mengundang para investor ke Indonesia ketimbang insentif fiskal. Ia pun juga sempat menyampaikan hal ini kepada Sri Mulyani untuk berhemat-hemat dengan anggaran dan membuka peluang lewat insentif bentuk lain.

“Benar insentif fiskal itu menyebabkan orang mau investasi, kita dapat efek ekonominya, lapangan kerja, orang bekerja. Dengan demikian kita bisa dapat dari sisi yang lain, PDB kita meningkat dan seterusnya. Tetapi kita juga harus melihat efek penerimaannya terhadap negara,” terang dia.

Namun ia menekankan, bukan berarti ia tidak mendukung masuknya investor ke Indonesia. Menurutnya, pemerintah bisa menggelontorkan insentif dalam bentuk lain untuk mengundang para investor seperti dukungan penyediaan fasilitas.

Baca Juga :  Saat Ramadhan dan Idul Fitri, Salon dan Spa Muslimah Alfafa Dipadati Pengunjung

“Misalnya gini, sebuah investasi ingin melakukan pembangunan satu pabrik. Tapi untuk jalan ke pabriknya dia harus bangun sendiri, untuk penyediaan airnya dia harus bangun sendiri, listriknya dia harus bangun sendiri,” paparnya.

Tapi kalau sekarang bagaimana kalau di luar seluruh fasilitas itu bisa disiapkan oleh pemerintah, tetapi juga kemudahan-kemudahannya dia dapat dengan segera.

“Di pelaksanaannya itu sering ada time lag 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun. Jadi orang menganggap kita memang memberikan kemudahan, tetapi dalam pelaksanaannya belum. Itu yang harus kita koreksi. Menurut saya itu lebih bagus memberikan hal yang seperti itu dibandingkan insentif fiskal,” sambungnya.

Di samping itu, Suharso mengatakan jangan sampai kebijakan ini dibentuk secara terburu-buru. Perlu dikaji secara mendalam dari impelementasi penerapan insentif fiskal sebelum-sebelumnya.

Baca Juga :  Komitmen Implementasi GCG, Pegadaian Kanwil XII Surabaya Mendukung Penuh Kebijakan Zero Tolerance Terhadap Fraud

“Jangan kita langsung terburu-buru, langsung kita kasih, supaya orang berbondong-bondong. Buktinya kan gak juga. Artinya apa yang terjadi yang kemarin-kemarin juga begitu,” kata Suharso.

“Kalau mereka dikasih kemudahan, bisa tinggal, bisa mendapatkan green card, kemudian kalau mereka mau bayar pajak di kita malah, kemudian dia ingin menyumbang, bikin program orang kaya. Orang kaya itu nggak perlu dikasih insentif pajak,” sambungnya.

Sementara itu, Sri Mulyani telah mengatakan bahwa rencana pembebasan pajak akan menjadi bagian dari paket stimulus fiskal yang lebih besar yang akan diumumkan dalam beberapa bulan mendatang.

Dia mengatakan bahwa itu akan dirancang untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi, sementara juga memastikan bahwa negara tetap fiskal stabil. (dk/ria)

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *