Gunung Penanggungan Jadi Inspirasi, Lima Perupa Pamerkan Jejak Spiritual di Art Lab Surabaya
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Rab, 12 Nov 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM— Gunung Penanggungan yang dikenal sarat dengan nilai sejarah, spiritual, dan kebudayaan menjadi sumber inspirasi bagi lima perupa asal Jawa Timur dalam pameran bertajuk “Kaki-kaki Penanggungan”. Pameran ini resmi dibuka di Art Lab Surabaya, menampilkan karya yang memadukan pesan ekologis, refleksi budaya, dan spiritualitas manusia.(11/11/25)
Lima seniman yang terlibat Aris Daboel, Fathur Rojib, Iskandar Cak Is, Karyono, dan Priyok Dinasti berupaya menafsirkan ulang hubungan manusia dengan alam melalui lukisan, fotografi, dan instalasi seni. Mereka menelusuri kisah dan nilai-nilai kehidupan di sekitar lereng Gunung Penanggungan, yang dikenal memiliki banyak candi dan situs peninggalan kuno.
“Gunung Penanggungan menyimpan pesan moral tentang keseimbangan. Kami mencoba mengungkapkan kembali nilai itu lewat bahasa rupa agar publik dapat merasakannya,” ujar Iskandar Cak Is, salah satu perupa peserta pameran.
Eksplorasi Alam dan Spiritualitas
Melalui pendekatan visual yang beragam, kelima perupa menampilkan karya yang merefleksikan kehidupan sosial, kearifan lokal, dan kondisi lingkungan di kawasan Penanggungan. Lukisan-lukisan mereka menggambarkan lanskap yang tenang namun penuh simbol, sementara karya fotografi menyoroti realitas masyarakat yang hidup di kaki gunung.
Tak hanya itu, pembukaan pameran juga dimeriahkan oleh penampilan Bung Heri Biola, musisi yang menggabungkan unsur musik tradisi dan kontemporer. Irama biola dan bunyi-bunyian alam yang diaransemen ulang menciptakan suasana mistis yang memperkuat makna spiritual dalam karya-karya yang dipamerkan
“Musik ini lahir dari renungan dan bunyi alam Penanggungan. Saya mencoba memadukan harmoni alam dengan nuansa batin para seniman,” kata Heri Biola.
Gunung yang Menyimpan Peradaban
Gunung Penanggungan selama ini dikenal sebagai gunung suci yang menyimpan banyak situs peninggalan masa Hindu-Buddha. Dalam pameran ini, tema “Kaki-kaki Penanggungan” dipilih untuk menggambarkan bagaimana lereng-lereng gunung menjadi saksi peradaban sekaligus tempat manusia menemukan keseimbangan antara dunia lahir dan batin.
Para perupa berusaha menyuarakan kegelisahan terhadap kerusakan alam dan hilangnya kesadaran spiritual masyarakat modern, sembari mengajak publik untuk kembali menapak pada akar budaya dan nilai-nilai ekologis.
Kolaborasi Seni dan Komunitas
Pameran ini terlaksana berkat dukungan sejumlah pihak, di antaranya PT AII (Alutsista Integritas Indonesia), Obech Avontur Arung Jeram Pacet, Kopi Cangkir, dan Rokok Soetra Emas. Kolaborasi ini memperlihatkan bahwa seni dapat menjadi medium dialog antara seniman, masyarakat, dan dunia usaha dalam mengangkat isu sosial dan lingkungan.
Pameran “Kaki-kaki Penanggungan” akan berlangsung hingga 15 November 2025 di Art Lab Surabaya, terbuka untuk umum setiap hari pukul 10.00–20.00 WIB.
Kami ingin mengingatkan bahwa di balik setiap jejak batu, hutan, dan candi di Penanggungan, ada pesan tentang keseimbangan dan kesadaran manusia terhadap alam,” tutup Priyok Dinasti. (dk/yud)




