Tantangan Pencari Kerja di Bojonegoro: Minim Peluang, Kebutuhan Diperhatikan
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 10 jam yang lalu
- comment 0 komentar

BOJONEGORO – Di tengah pertumbuhan jumlah penduduk usia kerja, para pencari kerja (pencaker) di Bojonegoro mengeluhkan kurangnya kesempatan untuk bekerja. Mereka menilai bahwa meskipun ada sejumlah perusahaan yang beroperasi, termasuk di sektor migas, belum mampu memberikan dampak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja lokal.
Data Statistik Menunjukkan Peningkatan Penduduk Usia Kerja
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk usia kerja di Bojonegoro meningkat dari 1.058.708 orang pada tahun 2023 menjadi 1.066.068 orang pada tahun 2024. Namun, angka ini tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah warga yang bekerja. Hanya sekitar 752.610 orang yang tercatat bekerja, sementara jumlah pengangguran mencapai 34.785 orang.
Kategori pengangguran paling banyak berasal dari lulusan SMA umum (18.454 orang), SMA Kejuruan/SMK (6.771 orang), SD (3.647 orang), SMP (2.879 orang), Universitas (2.115 orang), dan diploma (919 orang). Angka ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang membutuhkan pekerjaan dan peluang yang tersedia.
Pengalaman Pencaker: Kesulitan Mendapatkan Pekerjaan
Salah satu pencaker, Khoirul Anam, menyampaikan bahwa peluang kerja di Bojonegoro sangat terbatas. Ia menilai bahwa jumlah penduduk usia kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang ada. Meskipun ada banyak perusahaan, termasuk di sektor migas, namun masih kurang memadai dalam menyerap tenaga kerja lokal.
Ia menyarankan agar pemerintah dapat melakukan survei atau konsultasi di setiap kecamatan secara bergilir. Hal ini bisa membantu pemerintah lebih memahami kebutuhan pencaker dan membuat kebijakan yang lebih tepat sasaran.
Pelatihan Kerja: Harapan dan Kritik
Beberapa program pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten dinilai cukup baik. Namun, Khoirul menilai bahwa pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Contohnya, pelatihan operator crane, forklift, atau K3 sangat berguna karena alatnya tidak semua orang memiliki. Sebaliknya, pelatihan seperti make up, barista, atau teknisi motor mungkin cukup difasilitasi sertifikasinya saja karena bisa dilakukan secara mandiri.
Evi, seorang remaja asal Kecamatan Dander, juga mengeluhkan keterbatasan lowongan kerja di Bojonegoro. Ia merasa sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusan kuliahnya. Selain itu, upah minimum kabupaten yang relatif kecil juga menjadi kendala.
Solusi yang Diharapkan
Pencaker di Bojonegoro berharap pemerintah lebih peka terhadap keluhan mereka. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan tenaga kerja, pemerintah dapat merancang kebijakan yang lebih efektif dalam mengurangi angka pengangguran. Selain itu, pelatihan kerja yang relevan dan berorientasi pada pasar akan meningkatkan daya saing para pencaker.





Saat ini belum ada komentar