Hari Kedua SIPA 2025: Merayakan Keberagaman Seni Pertunjukan di ISI Surakarta dan Pura Mangkunegaran

DIAGRAMKOTA.COM – Solo International Performing Arts (SIPA) 2025 kembali menghadirkan pesonanya pada hari kedua pelaksanaan. Berbeda dengan hari sebelumnya.

Penampilan hari ini terbagi ke dalam dua sesi di dua panggung bergengsi: Teater Besar Gendhon Humardani ISI Surakarta pada siang hari dan Pamedan Pura Mangkunegaran pada malam hari.

Sebanyak sepuluh penampilan tersaji pada hari ini, menampilkan kekayaan budaya dari berbagai daerah di Indonesia hingga repertoar seni mancanegara.

Dalam momen ini, Rektor ISI Surakarta, Dr. I Nyoman Sukerna, S. Kar., M. Hum, juga menyampaikan sambutan hangatnya kepada seluruh tamu yang hadir memeriahkan acara SIPA 2025. Ia mengungkap, kerja sama antara SIPA dan ISI telah mencapai tahun ke-2 nya.

“Tujuan dari acara ini, selain untuk- memberikan wadah bagi seniman untuk mengekspresikan ideide kreatif mereka, juga untuk memperkenalkan kekayaan seni dan budaya lokal kepada dunia Internasional,” tutur I Nyoman Sukerna, Sabtu (7/9/2025).

Dimulai pukul 14.00 WIB, panggung Teater Besar ISI Surakarta menampilkan deretan karyainternasional. Dongbaek Circus dan POD Dance Project dari Korea Selatan, Khambatta Dance.

Kemudian Company dari Amerika Serikat, Colectivo Glovo dari Spanyol, serta Rentak Gading Ethnic asal Bengkulu tampil dengan karya-karya eksploratif yang memadukan tradisi dari daerah dan negara asal masing-masing seniman dengan inovasi artistik yang memanjakan mata penonton.

Sementara itu, malam hari di Pamedan Pura Mangkunegaran menghadirkan nuansa berbeda dengan deretan karya yang sarat makna budaya. Malam hari di Pamedan Pura Mangkunegaran semakin semarak dengan penampilan delegasi dari berbagai negara.

Dari Malaysia, Sanggar Kirana membawakan empat karya gamelan Melayu yang memadukan tradisi dengan nuansa lintas budaya.

Sementara itu, dari Indonesia hadir tiga daerah berbeda, yakni Darryl Simeon mewakili Halmahera Barat dengan karya “Sio Ake Wayoli”, Congwayndut mewakili Solo dengan karya “Dibuang Sayang”, serta Sanggar Seni Lepas mewakili Sumbawa Barat lewat “Kenre Baragi” yang penuh energi.

Kehadiran Belanda melalui seniman PARRA.DICE of Erasmus Huis juga menambah warna yang sarat pesan kebersamaan.

Dari Malaysia, Sanggar Kirana menampilkan empat karya: Isang yang menggambarkan keceriaan gotong royong jelang pesta pernikahan, Tyauhaar yang memadukan gamelan Melayu dengan nuansa festival India.

Little Emperor yang bercerita tentang kaisar kecil Tiongkok yang nakal, serta Patih Gadjah Mada yang mengangkat kisah perang Majapahit dan Bali Aga sebelum akhirnya berakhir dalam pilihan damai.

Sedangkan, dari Halmahera Barat, karya Sio Ake Wayoli hadir sebagai representasi kuat identitas masyarakat Maluku Utara. Melalui gerak, musik, dan nyanyian khas, karya ini menuturkan hubungan manusia dengan alam sekaligus memperlihatkan kearifan lokal yang diwariskan lintas generasi.

Sementara itu, Solo melalui kelompok Congwayndut menghadirkan karya Dibuang Sayang yang mengangkat makna filosofi Jawa tentang menghargai sesuatu yang sederhana namun berharga.

Sumbawa Barat turut menyumbangkan warna lewat Sanggar Seni Lepas dengan karya Kenre Baragi, sebuah eksplorasi tari dan musik yang memancarkan energi kebersamaan.

Tak ketinggalan, grup PARRA.DICE asal Belanda menghadirkan karya PARRA.DICE @INDONESIË, sebuah eksplorasi musikal kolektif yang merangkai narasi melodi dan ritme jazz dengan penuh energi dan interaksi.

Akhirnya, puncak acara ditutup dengan penampilan bintang tamu Sandhy Sondoro bersama Indro Harjodikoro & Band yang menyuguhkan harmoni musik penuh energi, menutup hari kedua SIPA 2025 dengan meriah. (dk/chan)