Oleh: Mahsus Zaenal Arif.
DIAGRAMKOTA.COM – Kabupaten Blitar, dengan pesona alamnya yang memikat, menyimpan cerita tersendiri di balik keindahannya.
Terutama di wilayah selatan, di mana hamparan pantai dan perbukitan hijau menyapa, terdapat kerinduan akan kemajuan yang setara dengan wilayah utara.
Menjelang Pemilihan Kepala Daerah tahun 2024, pertanyaan mengenai capaian dan visi para calon pemimpin untuk Blitar selatan kembali mengemuka.
Pasangan incumbent Rini Syarifah dan Abdul Ghoni sebagai wakilnya yang di usung oleh Partai PKB, GERINDRA, GOLKAR, DEMOKRAT, PSI dan PKS. Satu lagi Riyanto dan Beky Herdiansah yang di usung oleh PDI Perjuangan, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai NasDem.
Dua nama yang bersaing, Rini Syarifah juga Riyanto, sama-sama memiliki pengalaman memimpin Kabupaten Blitar. Namun, apakah jejak kepemimpinan mereka telah membawa perubahan signifikan terutama bagi wilayah Blitar selatan?
Di bidang infrastruktur, kondisi jalan di wilayah Wates, Binangun, Wonotirto, Panggungrejo, dan Bakung masih memprihatinkan. Jalan rusak menjadi penghambat aksesibilitas dan mobilitas masyarakat.
Ketiadaan Rumah Sakit Daerah di wilayah selatan juga menjadi kendala dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Masyarakat harus menempuh perjalanan jauh ke Rumah Sakit Daerah di wilayah utara, yang berlokasi di Wlingi dan Srengat.
Di sektor pendidikan, jumlah Sekolah Menengah Atas Negeri di Blitar selatan masih terbatas. Hanya SMU Negeri Kademangan dan SMU Negeri Sutojayan yang menjadi pilihan.
Sistem zonasi pendidikan semakin ruwet dan mempersulit akses pendidikan bagi anak-anak di Blitar selatan, karena jarak yang jauh dan dominasi sekolah negeri di wilayah utara.
Tantangan lain yang dihadapi adalah blank spot jaringan komunikasi di beberapa daerah. Kantor Desa Ngadipuro di Kecamatan Wonotirto, misalnya, tidak memiliki sinyal telepon seluler. Hal ini menghambat akses informasi dan komunikasi yang serba digital.
Potensi wisata pantai di Blitar selatan juga belum tergarap secara maksimal. Pengelolaan wisata yang melibatkan desa dan Perhutani sebagai pemilik lahan, menimbulkan kendala dalam pengembangan dan promosi wisata.
Di tengah keindahan alam dan potensi yang melimpah, Blitar selatan menantikan pemimpin yang memiliki visi dan komitmen untuk menjawab kebutuhan dan harapan masyarakat.
Pemimpin yang mampu menjembatani kesenjangan antara wilayah utara dan selatan, serta menjadikan Blitar selatan sejahtera dan berkembang seiring dengan wilayah lainnya.
Lalu apa janji politik mereja berdua untuk tahun 2024 ini? Dan kenapa hanya mereka berdua yang muncul menjadi CABUP untuk Blitar? Apa tidak ada tokoh atau pendobrak yang memiliki visi misi jelas dari putra daerah yang berasal dari Blitar selatan?
Saya bangga ketika banyak muncul bakal-bakal calon bupati dari daerah blitar selatan, tapi ketika sudah mendekati pendaftaran, mereka bak ditelan bumi dan hilang. Politik? Iya, politik tidak lepas dari kapasitas, integritas dan isitas. Dan yang paling dominan saat ini adalah ISITAS.
Tidak adakah calon lain selain mereka berdua? Haruskah Blitar di pimpin orang-orang itu saja? Yang notabene kita sudah tahu track recordnya.
Mari menjadi masyarakat yang cerdas, dengan memilih pemimpin tanpa menjual suara kita. Pilihlah yang punya visi misi membangun Blitar dengan setulus hati.
“Pemimpin kok mung kuwi-kuwi ae, koyo ora enek liyane. Blitar baru, visi misi baru, dan pemimpin baru. Itu hanya angan-angan,”!
Masyarakat Blitar selatan mengharapkan pemimpin yang berani mengupayakan peningkatan infrastruktur, pelayanan kesehatan, dan pendidikan di wilayah mereka.
Pemimpin yang memiliki kepedulian dan kepeka’an terhadap kesejahteraan dan kemajuan masyarakat di setiap sudut Kabupaten Blitar.
Semoga Pemilihan Kepala Daerah tahun 2024 akan menghasilkan pemimpin yang mampu mewujudkan cita-cita dan harapan masyarakat Blitar selatan untuk masa depan yang lebih cerah. (red/*)
*Penulis: Mahsus Zaenal Arif, wartawan diagramkota.com.