Diskusi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Mengangkat Keprihatinan Tentang Kebijakan Pemerintah di Sidoarjo

DAERAH1010 Dilihat

Diagram Kota SidoarjoDi sebuah ruang kampus Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, mahasiswa berkumpul untuk berdiskusi membahas isu-isu penting teekait pemerintah Kabupaten Sidoarjo.

Diskusi tersebut, yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sidoarjo, bertujuan untuk mencari solusi atas masalah-masalah yang dihadapi oleh kabupaten mereka.

Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Sidoarjo, Thoriqul Aslam, menyambut para peserta dengan penuh antusiasme dan semangat. Dia mengatakan bahwa diskusi tersebut sangat penting, terutama karena beberapa faktor

Pertama, acara tersebut diadakan setelah Bupati Ahmad Muhdlor Ali, atau lebih dikenal sebagai Gus Muhdlor, ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi.

Kedua, tragedi kelam Semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo, yang terjadi pada tanggal 29 Mei 2006, masih menjadi perhatian masyarakat. Dan ketiga, diskusi tersebut merupakan lanjutan dari aksi refleksi Lapindo yang diadakan pada tanggal 29 lalu.

Thoriqul Aslam menyatakan bahwa diskusi tersebut sangat penting untuk menegaskan komitmen pemimpin yang bersih di Kota Udang. Namun, dia menyayangkan ketidakhadiran PLT Bupati Sidoarjo, Subandi, dalam acara tersebut.

“Selain itu juga mengingat tragedi kelam 18 tahun semburan lumpur lapindo Sidoarjo yang terjadi pada 29 Mei 2006 silam. Diskusi ini merupakan lanjutan dari aksi refleksi lapindo tanggal 29 lalu,” ujarnya.

Diketahui bahwa Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sidoarjo, l juga diundang sebagai pemateri dalam agenda ini, bersama dengan Peneliti Utama Pusat Studi Anti Korupsi dan Demokrasi (Pusad) Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dede Nasrullah.

Selama diskusi, Thariq menyoroti rekam jejak hattrick korupsi dan pertanyaan tentang komitmen Bupati dalam mengawasi perbaikan Sidoarjo.

“Record hattrick korupsi, ini merupakan catatan, ketika absennya PLT Bupati dalam agenda yang diadakan mahasiswa, kami mempertanyakan komitmen bupati mengawal perbaikan sidoarjo,” kata Thoriq.

Dia juga menyoroti pentingnya pemimpin yang adil dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat, seperti Satrio Piningit Sidoarjo. Satrio Piningit, yang dikenal sebagai sosok pemimpin yang adil, digambarkan sebagai sosok yang dinanti-nanti oleh masyarakat.

“Satrio Piningit dalam istilah jawa adalah sosok pemimpin  yang dinanti-nanti, merefleksikan peristiwa monumental lumpur lapindo, yang diikuti dengan fakta pembangunan kurang merata disebagian wilayah sidoarjo, tentu pemimpin kedepan harus benar-benar dapat memperbaiki kondisi kabupaten,” ucapnya.

Sementara Dede Nasrullah, yang menjadi pemateri, menyinggung masalah praktik money politik yang masih menjadi masalah dalam setiap pemilihan umum. Dia juga menyoroti rendahnya literasi politik di antara masyarakat, yang memperburuk masalah tersebut.

“Korupsi banyak disebabkan karena literasi politik masyarakat yang masih minim, dan kurang ketatnya pengawasan oleh stakeholder yang berwenang,” ujar Dede.

Dia pun menyebut mahasiswa sebagai akademisi memiliki peran penting dalam mengurai masalah ini.

“Kita selaku akademisi memiliki tanggung jawab menyuarakan segala bentuk praktik culas dan menginisiasi pendidikan politik ditengah masyarakat,” katanya.

Sementara itu, Kabid Hikmah Politik dan Kebijakan Publik IMM Sidoarjo, Nurul Fuad mengatakan pihaknya akan terus mengawal segala bentuk penyimpangan di Kabupaten Sidoarjo.

“Kami akan terus mengawal isu penyimpangan di Kabupaten Sidoarjo, karena segala bentuk ketidak adilan dan kemungkaran adalah lawan besar IMM, perlawanan terhadapnya adalah kewajiban,” kata Fuad mengakhiri.

Diskusi tersebut menghasilkan banyak pemikiran dan ide-ide yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat di Sidoarjo. Para peserta meninggalkan acara tersebut dengan penuh harapan dan semangat untuk membuat perbedaan di komunitas mereka. (dk/akha)

Share and Enjoy !