Warga Lembang Kehilangan Air Bersih, Sumur Berbau BBM Diduga Akibat Kebocoran SPBU

Warga Desa Sukajaya Resah Akibat Sumur Berbau Mirip BBM

DIAGRAMKOTA.COM – Sejumlah warga Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, mengalami kekhawatiran berlebihan akibat sumur mereka mengeluarkan bau menyengat yang mirip bahan bakar minyak (BBM). Permasalahan ini membuat masyarakat setempat merasa tidak nyaman dan khawatir terhadap kesehatan mereka.

Dugaan sementara menunjukkan bahwa pencemaran air bersih tersebut berasal dari kebocoran tangki penyimpanan sebuah SPBU yang berada di Jalan Kolonel Masturi. Lokasi SPBU ini bersebelahan dengan pemukiman warga, sehingga memperbesar potensi pencemaran terhadap lingkungan sekitar.

Peristiwa ini terungkap setelah hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa air sumur di RT 02 RW 05 Sukajaya tidak layak konsumsi. Masalah ini telah berlangsung selama hampir lima bulan, sehingga menyulitkan warga dalam memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.

DLH KBB Lakukan Verifikasi Ulang

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung Barat, Ibrahim Adji, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menurunkan tim untuk melakukan verifikasi lapangan dan mengambil sampel air tambahan. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya hanya dilakukan pemeriksaan terhadap sumur pantau dan menerima hasil uji laboratorium dari pihak manajemen SPBU.

“Kami lakukan verifikasi lapangan kembali dan mengambil sampel air lagi. Sebelumnya kami hanya memeriksa sumur pantau dan menerima hasil uji laboratorium dari pihak manajemen SPBU,” jelas Ibrahim melalui keterangan tertulis.

Hasil uji lanjutan akan menjadi dasar langkah penanganan selanjutnya. DLH KBB memastikan investigasi dilakukan secara menyeluruh agar sumber pencemaran dapat diidentifikasi dengan akurat dan cepat.

Dampak Mencemaskan: Krisis Air, Penyakit Kulit, dan Ternak Sakit

Ketua RT 02 Sukajaya, Hadiat, menjelaskan bahwa sebanyak 22 sumur milik warga telah terindikasi tercemar. Sebagian warga harus membeli air galon untuk kebutuhan minum, sedangkan kebutuhan mandi dan mencuci terpaksa mengandalkan bantuan tetangga.

“Anak-anak banyak yang mengalami gatal-gatal dan panas di tenggorokan setelah terkena air sumur,” ujarnya.

Dampak pencemaran tidak hanya dirasakan oleh warga, tetapi juga sektor peternakan. Beberapa sapi dilaporkan mengalami gangguan kesehatan serius setelah meminum air yang terkontaminasi BBM. “Ada sapi warga yang sampai dipotong karena kondisinya memburuk,” tambah Hadiat.

Janji SPBU Dinilai Hanya Wacana

Menurut Hadiat, pihak pengelola SPBU pernah berjanji akan membangun sumur baru dan menyediakan pasokan air bersih. Namun, janji tersebut belum juga terealisasi hingga kini.

“Sudah hampir lima bulan, tapi belum ada solusi nyata. Kebutuhan air bersih tidak bisa ditunda,” tegasnya.

Hal senada disampaikan Ida Rosida, perwakilan warga lainnya. Ia memaparkan hasil uji laboratorium dari Dinas Kesehatan Kota Bandung yang menunjukkan kandungan bakteri berbahaya dan timbal jauh di atas ambang batas aman.

“Hasilnya jelas, timbal mencapai 0,164 mg/L, padahal batas aman hanya 0,01 mg/L. Airnya berbau minyak dan berbahaya jika dikonsumsi,” kata Ida.

Warga Tolak Kompensasi Uang, Minta Solusi Nyata

Masyarakat Sukajaya menolak rencana kompensasi uang dari pengelola SPBU karena dianggap tidak menyelesaikan persoalan. Mereka menuntut penyediaan air bersih harian atau pembangunan sumur baru yang benar-benar aman.

“Kalau hanya diberi uang Rp10 juta per orang, itu tidak akan cukup untuk beli air seumur hidup. Kami ingin solusi, bukan janji. Kalau tidak ada tindakan, warga siap menutup paksa SPBU,” tegas Ida.

Pemerintah Diminta Turun Tangan

Krisis air bersih di Sukajaya menjadi peringatan serius soal potensi dampak kebocoran tangki BBM terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Warga berharap Pemerintah Kabupaten Bandung Barat segera mengambil langkah konkret, termasuk memfasilitasi mediasi dengan pihak SPBU agar ada solusi jangka panjang.

Hingga berita ini diturunkan, investigasi DLH KBB masih berlangsung. Warga berharap hasil uji sampel terbaru dapat mempercepat proses penanganan, sehingga mereka bisa kembali menggunakan air tanpa rasa khawatir. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *