Solusi Revolusioner DPRD Surabaya: Inovasi Teknologi Bunker Air Atasi Krisis Hidrologi Urban

DIAGRAMKOTA.COM – Permasalahan banjir dan air rob yang melanda Kota Surabaya secara berulang, khususnya pada musim penghujan, kini mendapat perhatian serius DPRD Surabaya. Ketua Panitia Khusus (Pansus) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DPRD Surabaya, Achmad Nurdjayanto, mengajukan terobosan inovatif melalui konsep pembangunan sistem bunker air atau tandon retensi bawah tanah yang dikombinasikan dengan program penghijauan berkelanjutan.

Inisiatif ini muncul sebagai respons terhadap kondisi geografis Surabaya yang rentan terhadap bencana hidrologi, baik dari curah hujan ekstrem maupun fenomena pasang surut air laut.

“Sambil menunggu pembangunan sistem drainase tuntas secara menyeluruh, dan terus mengupayakan percepatan pembangunan rumah pompa. Saat ini, dari total kebutuhan sekitar 126 unit, baru 78 rumah pompa yang berhasil dibangun. Keterbatasan anggaran menjadi tantangan utama, mengingat biaya pembangunan satu rumah pompa tergolong tinggi,” beber Achmad.

Konsep Bunker Air: Teknologi Modern untuk Tantangan Urban

Bunker air atau tandon retensi bawah tanah merupakan infrastruktur hidraulik canggih yang dirancang khusus untuk mengatasi masalah genangan air di wilayah perkotaan. Sistem ini bekerja dengan prinsip tampung-lepas terkendali, di mana air hujan berlebih akan ditampung sementara dalam ruang bawah tanah yang telah direkayasa, kemudian dilepaskan secara bertahap ke sistem drainase primer atau sungai ketika kapasitas penerimaan downstream sudah memadai.

“Teknologi bunker air ini berfungsi sebagai buffer zone yang sangat efektif. Struktur bawah tanah ini akan menyimpan air hujan berlebih saat curah hujan tinggi, kemudian melepaskannya secara terkendali ke sungai atau saluran drainase utama, sehingga dapat mencegah terjadinya banjir di daerah hilir,” papar Politisi Partai Golkar ini, usai rapat pansus RPJMD, Rabu (2/7/2025).

Sistem ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode konvensional karena tidak memerlukan lahan yang luas di permukaan, sangat cocok untuk diterapkan di wilayah urban yang padat seperti Surabaya. Selain itu, teknologi ini telah terbukti efektif di berbagai metropolis dunia seperti Tokyo dengan sistem G-Cans Project dan Singapura dengan Marina Barrage.

Pemetaan Wilayah Prioritas Berdasarkan Data Risiko

Berdasarkan analisis komprehensif yang dilakukan bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya, implementasi bunker air akan diprioritaskan pada zona-zona yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap banjir dan rob. Wilayah prioritas utama meliputi:

  • Kawasan arterial road yang sering mengalami genangan saat hujan deras karena topografi yang relatif rendah dan sistem drainase yang sudah tidak mampu menampung debit air yang tinggi.
  • Wilayah Gunungsari Area ini menghadapi tantangan ganda yaitu banjir kiriman dari hulu dan genangan lokal akibat intensitas hujan yang tinggi, ditambah dengan kepadatan bangunan yang mengurangi daya resap tanah.
  • Kecamatan Rungkut Sebagai salah satu wilayah pengembangan pemukiman dan industri, Rungkut mengalami perubahan tata guna lahan yang signifikan, sehingga meningkatkan koefisien aliran permukaan dan risiko banjir.
  • Kawasan Pesisir Wilayah ini menghadapi ancaman khusus berupa air rob atau banjir pasang yang dipicu oleh fenomena pasang surut air laut, terutama saat spring tide dan diperparah oleh fenomena penurunan tanah (land subsidence).

Data yang dirilis oleh BPBD Kota Surabaya menunjukkan bahwa pada musim hujan tahun 2024, tidak kurang dari 15 kelurahan di Surabaya diklasifikasikan sebagai daerah rawan banjir. Kelurahan-kelurahan tersebut antara lain Tambaksari, Gubeng, dan Sukolilo, yang secara geografis memiliki karakteristik topografi rendah dan sistem drainase yang belum optimal.

Manfaat Multifungsi Sistem Bunker Air

Achmad Nurdjayanto menekankan bahwa sistem bunker air tidak hanya berfungsi sebagai pengendali banjir, tetapi juga memiliki nilai tambah yang signifikan bagi ekosistem urban Surabaya. Beberapa manfaat utama yang diharapkan adalah:

  • Mitigasi Risiko Banjir

Dengan kapasitas tampung yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah, sistem ini diproyeksikan mampu mengurangi potensi banjir hingga 60-70% di area yang dilayani, terutama di kawasan perkotaan dan pemukiman dengan kepadatan tinggi.

  • Perlindungan Infrastruktur

“Selain mengurangi risiko banjir, bunker ini juga mencegah kerusakan properti dan infrastruktur vital seperti jalan, jembatan, dan rumah warga yang sering mengalami kerusakan akibat genangan air,” ungkap Achmad.

  • Cadangan Air Darurat

Sistem ini dapat berfungsi sebagai reservoir air bersih untuk keperluan darurat, terutama untuk sistem pemadam kebakaran dan kebutuhan air saat musim kemarau.

“Di musim kemarau, air yang tersimpan dalam bunker dapat dimanfaatkan untuk keperluan darurat dan pemeliharaan ruang terbuka hijau, sehingga ini menjadi solusi yang benar-benar multifungsi,” tambah Achmad.

  • Pembelajaran dari Best Practice Internasional

Achmad merujuk pada kesuksesan implementasi teknologi serupa di Tokyo melalui Metropolitan Area Outer Underground Discharge Channel (G-Cans) yang mampu mengurangi risiko banjir secara drastis, serta di Singapura dengan sistem Marina Reservoir yang mengintegrasikan fungsi pengendali banjir dengan water security.

Strategi Penghijauan Terintegrasi dan Peran Kelurahan

Selain infrastruktur fisik, Achmad menekankan pentingnya pendekatan holistik melalui program penghijauan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat di level kelurahan dan kecamatan. Salah satu fokus utama adalah program pemeliharaan pohon eksisting melalui kegiatan perantingan (pruning) yang sistematis.

“Kondisi saat ini menunjukkan bahwa banyak pohon besar di Surabaya yang berpotensi roboh saat cuaca ekstrem karena kurangnya perawatan rutin. Sayangnya, warga seringkali menghadapi kendala teknis dan birokratis dalam melakukan perantingan karena tidak memiliki keahlian atau peralatan yang memadai,” ungkap Achmad.

Untuk mengatasi hal tersebut, DPRD mengusulkan agar Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya mengintensifkan program koordinasi dengan kelurahan untuk menyediakan bantuan teknis perantingan pohon melalui tim ahli yang dilengkapi dengan peralatan profesional.

“Kami ingin menciptakan ekosistem di mana warga merasa didukung penuh oleh pemerintah dalam upaya pelestarian lingkungan, bukan malah dipersulit dengan birokrasi yang berbelit. Pohon yang terawat dengan baik tidak hanya mencegah risiko kecelakaan, tetapi juga berkontribusi positif terhadap ekosistem kota,” tegas Achmad.

Urgensi Penambahan Ruang Terbuka Hijau

Data yang dirilis oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya menunjukkan bahwa luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Surabaya saat ini baru mencapai sekitar 21% dari total luas wilayah kota. Angka ini masih jauh dari target nasional sebesar 30% sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Gap sebesar 9% ini setara dengan kebutuhan penambahan RTH seluas kurang lebih 3.000 hektar, yang merupakan tantangan besar mengingat keterbatasan lahan di wilayah urban. Untuk itu, Achmad mengusulkan strategi penghijauan yang inovatif, termasuk:

1. Vertical greening pada bangunan tinggi dan infrastruktur vertikal

2. Green roof dan green wall pada gedung-gedung publik dan swasta

3. Urban forest di area-area yang tersedia dengan sistem agroforestry

4. Green corridor sepanjang jalur transportasi publik dan sungai

“Setiap pohon yang ditanam memiliki fungsi ekologis yang sangat penting: menyerap air hujan melalui sistem perakaran, mengurangi suhu kota melalui evapotranspirasi, dan mencegah banjir melalui intersepsi hujan. Ini adalah tanggung jawab kolektif yang harus dipikul bersama oleh seluruh stakeholder,” tegas Achmad.

Komitmen DPRD Surabaya  dan Langkah Kedepan

Panitia Khusus RPJMD DPRD Surabaya telah menyatakan komitmen penuh untuk mengawal realisasi usulan ini. Achmad berharap alokasi anggaran khusus untuk tahap pilot project pembangunan bunker air untuk 3-5 lokasi prioritas.

Selain infrastruktur bunker air, program perantingan pohon dan kampanye penghijauan akan diintegrasikan dalam program kerja regular Dinas Lingkungan Hidup.

Apresiasi terhadap Inisiatif Masyarakat

Achmad memberikan apresiasi khusus terhadap berbagai inisiatif masyarakat yang telah menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, seperti komunitas peduli lingkungan yang secara konsisten melakukan penanaman pohon di bantaran sungai. Inisiatif bottom-up seperti ini menjadi modal sosial yang sangat berharga dalam implementasi program skala kota.

“Gerakan masyarakat seperti ini membuktikan bahwa kesadaran lingkungan di Surabaya sudah cukup tinggi. Tugas pemerintah adalah memfasilitasi dan memperkuat gerakan ini dengan dukungan teknis, regulasi yang mendukung, dan insentif yang tepat,” ungkap Achmad.

Tantangan dan Strategi Mitigasi

Implementasi program ini tidak terlepas dari berbagai tantangan yang harus diantisipasi. Kesuksesan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Oleh karena itu, implementasi yang efektif memerlukan koordinasi yang solid antara DPRD, Pemerintah Kota, BUMN/BUMD, sektor swasta, dan masyarakat. Akan dibentuk task force khusus untuk memastikan sinergi semua pihak.

Visi Surabaya sebagai Kota Berkelanjutan

Dengan implementasi program komprehensif ini, Achmad Nurdjayanto berharap Surabaya dapat menjadi kota percontohan dalam pengendalian banjir dan pelestarian lingkungan di tingkat nasional, bahkan regional Asia Tenggara.

“Surabaya adalah Kota Pahlawan, dan pahlawan sejati adalah mereka yang tidak hanya berjuang untuk masa kini, tetapi juga menjaga dan melindungi lingkungannya untuk generasi mendatang. Kita memiliki tanggung jawab moral untuk mewariskan kota yang lebih tangguh, lebih hijau, dan lebih berkelanjutan,” tutup Achmad dengan penuh semangat.

Program ini diharapkan tidak hanya mengatasi permasalahan immediate berupa banjir dan rob, tetapi juga berkontribusi terhadap agenda global Sustainable Development Goals (SDGs).

Dengan dukungan penuh dari seluruh stakeholder dan komitmen politik yang kuat, transformasi Surabaya menuju resilient city yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim diharapkan dapat menjadi kenyataan dalam dekade mendatang. (@)