Hari Lingkungan Hidup 2025, Achmad Nurdjayanto: Surabaya Harus Bergerak, Bumi Tak Butuh Janji, Melainkan Aksi Nyata!

DIAGRAMKOTA.COM — Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 dengan tema “Hentikan Polusi Plastik” menjadi momentum penting bagi kota-kota besar seperti Surabaya untuk memperkuat komitmen menjaga lingkungan. Anggota Komisi C DPRD Surabaya, Achmad Nurdjayanto menegaskan bahwa Hari Lingkungan Hidup bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan pengingat bahwa tantangan ekologis semakin nyata dan membutuhkan tindakan konkret dari semua pihak.

“Kita tidak bisa hanya merayakan Hari Lingkungan dengan seremonial belaka. Saatnya kita semua, termasuk pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, bergerak nyata mengatasi krisis sampah, terutama plastik,” tegas Achmad Nurdjayanto yang juga merupakan politisi Partai Golkar.

Kesadaran Warga Surabaya Semakin Meningkat

Achmad menyampaikan apresiasi atas meningkatnya kepedulian warga terhadap lingkungan, terutama dalam hal pengelolaan sampah sehari-hari.

“Saya melihat tren positif. Masyarakat Surabaya semakin sadar, sudah mulai tertib tidak membuang sampah sembarangan. Ini harus terus dibina,” ujarnya.

Namun demikian, ia menyoroti masih adanya titik-titik rawan pembuangan sampah liar yang berulang terjadi, khususnya pada malam hari atau waktu-waktu sepi.

Optimalisasi Peran Kelurahan dan Kecamatan

Dalam upaya menekan kasus pembuangan sampah liar, Achmad mendorong adanya peran aktif dari struktur pemerintahan paling dekat dengan warga.

“Kelurahan dan kecamatan harus lebih proaktif. Harus tahu titik rawan, jam rawan, dan bergerak melakukan patroli atau pendekatan langsung. Ini bukan hanya tugas Dinas Kebersihan, tapi urusan lintas sektor,” jelasnya.

Ia berharap camat dan lurah bisa bersinergi dengan masyarakat melalui edukasi, patroli warga, hingga pemasangan CCTV di titik tertentu.

Pengawasan Ketat Terhadap IPAL Perusahaan

Politisi Golkar itu juga menyoroti pencemaran lingkungan yang berasal dari aktivitas industri, terutama terkait pembuangan limbah tanpa pengolahan.

“Perlu kepatuhan penuh dari para pengusaha. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) itu bukan formalitas, tapi keharusan. Kalau tidak diawasi dan dijalankan dengan baik, kita bisa melihat dampak jangka panjang seperti pencemaran sungai dan kerusakan ekosistem,” katanya.

Menurutnya, pengawasan terhadap keberadaan dan fungsi IPAL harus dilakukan secara berkala dan melibatkan pengawasan dari DPRD dan masyarakat.

Kondisi Surabaya di Hari Lingkungan Hidup

Data dari DLH Surabaya mencatat bahwa lebih dari 1.000 tanaman ditanam setiap hari dalam rangka penghijauan kota. Namun, krisis pencemaran plastik masih menjadi ancaman. Beberapa kasus pencemaran Kali Surabaya bahkan menyebabkan kematian ikan secara massal, yang diduga akibat limbah rumah tangga dan plastik yang tidak tertangani.

Dalam forum Munas VII APEKSI 2025 lalu, Surabaya ditunjuk sebagai tuan rumah penanganan darurat sampah. Ini menunjukkan bahwa secara nasional, kota ini dianggap penting dalam mendorong transformasi pengelolaan lingkungan.

Penambahan TPS3R & Incinerator Jadi Solusi Jangka Menengah

Dalam upaya memperkuat sistem pengelolaan sampah berbasis wilayah, Achmad Nurdjayanto menyambut baik langkah Pemerintah Kota Surabaya yang menambah TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle) di sejumlah kecamatan dengan volume sampah tinggi.

“Ini solusi jangka menengah yang strategis, terutama untuk wilayah yang jauh dari TPA. Warga tidak harus bergantung ke Benowo saja, karena di wilayahnya sudah bisa memilah dan mengolah,” ujarnya.

Beberapa TPS3R tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat pemilahan sampah, tapi juga dilengkapi dengan incinerator modern—alat pembakar limbah plastik yang sudah tidak bisa didaur ulang.

“Incinerator sangat penting untuk mengatasi jenis sampah plastik keras atau multilayer yang tak bisa diurai. Ini cara agar volume sampah ke TPA bisa dikurangi signifikan,” tambah politisi Partai Golkar itu.

Achmad menekankan, keberadaan TPS3R dan incinerator juga harus diiringi dengan pelatihan warga dan kader lingkungan, agar teknologi tersebut benar-benar dimanfaatkan dan tidak mangkrak

Achmad Nurdjayanto Ajak Untuk Bergerak Bersama

Sebagai anggota Komisi C yang membidangi pembangunan dan lingkungan, Achmad menekankan bahwa perubahan hanya bisa terjadi jika semua elemen berkomitmen.

“Surabaya bisa jadi contoh nasional, tapi dengan satu syarat: semua kompak. Pemerintah, warga, dan pengusaha harus jalankan perannya dengan benar,” pungkasnya.

Dengan berbagai langkah konkret ini, Achmad Nurdjayanto optimis bahwa Surabaya dapat menjadi kota percontohan nasional dalam penanganan lingkungan perkotaan. Ia mengajak semua pihak untuk tak menunggu “bencana ekologis” baru sadar pentingnya kolaborasi. (@)