Geger dengan Munculnya Grup Gay di Medsos, DPRD Jatim Minta Tindak Tegas

DIAGRAMKOTA.COM – Dunia maya kembali dihebohkan dengan munculnya sejumlah grup gay di Facebook yang mencantumkan Surabaya sebagai basis komunitasnya.

Grup-grup tersebut memiliki ribuan anggota dan saat ini tengah menjadi perhatian serius pihak kepolisian serta DPRD Jawa Timur.

Screenshot 2025 06 03 13 17 57 67 6012fa4d4ddec268fc5c7112cbb265e7

Dirreskrimsus Polda Jatim saat ini melakukan pendalaman atas aktivitas grup yang dinilai menyimpang tersebut. Berdasarkan data yang dihimpun, ada setidaknya tiga grup aktif, yaitu Gay Surabaya dengan 4.634 anggota, Gay Khusus Surabaya dengan 4.485 anggota dan Gay Jawa Timur dengan 9.800 anggota.

Grup ini berisi berbagai unggahan dari para anggota, termasuk menggunakan akun anonim, yang menimbulkan keresahan di masyarakat.

Anggota Komisi E DPRD Jatim, Cahyo Harjo Prakoso, menyampaikan keprihatinannya atas maraknya grup tersebut. Ia menilai kemunculan komunitas yang mendukung perilaku menyimpang seperti ini perlu segera ditindak secara tegas.

“Sebagai wakil rakyat dan warga Surabaya, saya sangat prihatin. Perilaku menyimpang semacam ini jelas bertentangan dengan norma sosial, nilai agama, dan Pancasila yang menjadi dasar kehidupan kita,” tegas Cahyo, Sabtu (14/6/2025).

Menurut Cahyo, fenomena ini bukan sekadar isu digital, tetapi juga tantangan serius terhadap pembangunan karakter generasi muda.

“Pemerintah perlu hadir lebih kuat dalam mengedukasi anak-anak kita, baik lewat sekolah maupun lingkungan sosial, agar nilai-nilai kebudayaan dan norma bisa mengakar kuat,” tambahnya.

Lebih lanjut, Cahyo mendesak agar semua stakeholder mulai dari pemerintah, tokoh masyarakat, hingga lembaga pendidikan bersama-sama mengantisipasi penyebaran komunitas serupa agar tidak semakin luas dan mengganggu tatanan sosial.

Ia menyoroti pentingnya memperkuat character building dan edukasi nilai sosial di tengah tantangan era digital yang makin kompleks.

Di sisi lain, Kementerian Komunikasi dan Digital disebut telah melakukan pemblokiran terhadap konten penyimpangan seksual dan konten-konten yang bertentangan dengan nilai keagamaan serta ideologi negara.

Namun, menurut Cahyo, tantangan era digital memerlukan pendekatan lebih dari sekadar pemblokiran.

“Kita tidak bisa 100 persen mencegah akses informasi di era sekarang. Tapi kita bisa mencegah dampak buruknya melalui edukasi, penguatan karakter, dan pengawasan lingkungan sosial,” jelas Ketua DPC Gerindra Surabaya ini.

POS TERBARU