Gerakan Urban Farming Surabaya, Wakil Ketua DPRD Dorong Kampung-kampung Budidayakan Ketahanan Pangan

LEGISLATIF741 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COM – Wakil Ketua DPRD Surabaya, Laila Mufidah mendorong urban farming dilakukan di seluruh kampung di Kota Pahlawan.

Selain itu,ketahanan dan produk pangan berdikari, Pertanian Kota (urban farming) yang ditanami mulai dari sayur sawi, kangkung, brokoli, selada, tomat, hingga cabai juga menjadikan kampung asri.

Dia mencontohkan “Kampung Ijo” di RT 01 RW 05 Kampung Kendangsari Gang 1, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya.

“Penduduk kampung ini mampu menikmati hasilnya untuk kebutuhan harian sendiri, serta memasok sejumlah warung-warung untuk lalapan sehingga berbobot ekonomi,” katanya saat berkunjung ke Kampung Ijo Kendangsari, Senin (24/2/2025).

Menurut Laila, hal itu harus dipertahankan karena kondisinya kini mulai berubah lantaran produksinya tidak sesegar dan seproduktif dulu.

Saat didirikan pada 2000, Kampung Ijo Kendangsari dalam sekali panen mampu mendapat omzet sampai Rp 7 juta. Tapi sekarang media hidroponik yang semula mencapai 25 titik menjadi 12 titik alias tinggal 2.000 lubang hidroponik.

Kondisi ini tidak bisa dibiarkan, karena bisa mengganggu kelangsungan Kampung Ijo. Terlebih warga yang berdikari membangun Kampung Ijo selama lima tahun, hingga kini belum mendapat support optimal dari Pemkot Surabaya.

“Tugas semua pihak untuk terus menjaga dan mempertahankan urban Farming. Budi daya sayur di media pot dan hidroponik adalah langkah tepat mewujudkan ketahanan pangan di perkotaan,” tandas Laila.

Legislator asal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) PKB ini menghargai kemandirian warga dalam melahirkan Kampung Ijo, namun harus tetap didukung Pemkot Surabaya agar kelangsungannya terjaga.

“Pemkot harus datang mendukung program ketahanan pangan berdikari yang digalang penduduk kampung. Caranya, fasilitasi mereka,” ucap Laila.

Saat ini, lanjutnya, warga Kendangsari mengimpikan green house mini untuk melindungi sayuran dari ancaman hujan. Selain itu, warga juga dibebani listrik lantaran setiap hidroponik perlu siraman air rutin lewat pompa.

“Para pelaku urban farming di Kendangsari, berharap didukung solar cell agar mampu menghemat dan efisiensi. Kalau tidak dari APBD, ya CSR perusahaan mampu dipetunjukkan ke Kendangsari,” harap Laila.

Dia tak mau keberadaan golongan tani dan kemandirian penduduk hanya dibutuhkan saat aktivitas seremoni. Saat ada kunjungan ‘dioprak-oprak’, ketika saat warga butuh dukungan harusnya juga saling menguatkan.

“Selama Pemkot mampu sebaiknya dibantu, atau paling tidak mendata pihak perusahaan untuk menyebar CSR mereka membantu penduduk dalam ketahanan pangan mandiri,” ucap Laila.{*}

Share and Enjoy !