Aliansi Wartawan Surabaya Berbagi Ilmu Jurnalistik di Pesantren Tertua Madura

DAERAH827 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COM – Pondok Pesantren Nazhatut Thullab Prajjan, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, yang dikenal sebagai pondok pesantren tertua di Madura, menjadi tuan rumah pelatihan jurnalistik oleh Aliansi Wartawan Surabaya (AWS) pada Sabtu, 7 September 2024. Pesantren ini berdiri pada tahun 1702 dan didirikan oleh Kyai Abdul Alam.

Kegiatan pelatihan ini merupakan bagian dari arahan Ketua Umum AWS untuk melakukan pengabdian masyarakat melalui pembagian ilmu jurnalistik. Tujuan kegiatan ini adalah meneruskan cita-cita pendahulu bangsa dan membekali generasi penerus dengan nilai-nilai juang.

AWS juga berharap untuk meningkatkan pemahaman para santri terhadap konsep jurnalistik dan keterampilan konten kreatif sejak dini, sebagai persiapan bagi mereka yang tertarik masuk ke dunia jurnalisme.

Pelatihan ini menghadirkan beberapa pemateri dari AWS. Ketua Umum AWS, Kiki Kurniawan, membuka sesi dengan pengenalan dasar jurnalistik. Kemudian, Samsul Muarif Setiawan S.Ikom, Ketua Bidang Ekonomi Kreatif AWS, memberikan materi tentang konten kreatif. Sementara itu, Syaiful Hidayat S.Pd, anggota Bidang Pendidikan AWS, memberikan motivasi seputar dunia kepenulisan.

Ketua Umum AWS, Kiki Kurniawan, menyampaikan bahwa beberapa prinsip jurnalistik memiliki kesamaan dengan ajaran Islam. “Ilmu jurnalistik memiliki kesamaan dalam beberapa prinsip ajaran Islam, meskipun tidak langsung berasal dari ajaran itu sendiri,” jelasnya. Ia menambahkan lima prinsip yang relevan: kejujuran dan kebenaran (Al-Sidq), keadilan (Al-‘Adl), amanah, menjauhi fitnah, dan menghormati privasi serta martabat orang lain.

Pada sesi kedua, Samsul Muarif Setiawan membahas sejarah kamera dan pentingnya memahami kontribusi ilmuwan Muslim dalam perkembangan teknologi. “Cendekiawan Muslim telah mengembangkan teknik optik yang menjadi dasar penemuan kamera. Kitab ‘Al-Manadhir’ karya Ibnu Al-Haytham masih menjadi rujukan pengembangan teknologi optik hingga saat ini,” ujarnya.

Sedangkan pada sesi ketiga, Syaiful Hidayat memberikan motivasi kepada para santri untuk menjadi penulis. “Menulis bukanlah sesuatu yang sulit, tetapi sebuah kegiatan yang bisa dilakukan oleh siapa saja,” katanya, mengutip Pramoedya Ananta Toer: “Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah.”

Perwakilan pengurus Pondok Pesantren Nazhatut Thullab Prajjan, diwakili oleh Ustadz Samsul, S.Ag., MM., Ustadz Darwis Abrory, M.Pd., dan Ustadz Muh. Sholeh Hoddin, M.Pd.I., menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan pelatihan ini. Mereka berharap kegiatan serupa bisa berlanjut dan mencakup jurnalistik foto serta video. “Semoga semua pengurus AWS mendapatkan berkah dari Allah SWT atas pengabdiannya kepada masyarakat,” ujar Ustadz Sholeh. (dk/nw)

Share and Enjoy !