‘Ngantor’ di Kelurahan: Walikota seperti Bezuk orang sakit

DAERAH2421 Dilihat

Apabila disitu memang terjadi permasalahan, maka konsekuensinya sebagai walikota adalah memberikan satu petunjuk teknis, apa yang sebaiknya dilakukan.

Meski demikian, dengan Ngantornya Walikota di kelurahan jelas ada impact dari image yang terbangun bahwa, ini bukan satu ‘petik kesuksesan’, tapi ini adalah ‘panen raya kegagalan’ para lurah.

“Ini berimplikasi kepada sistem yang pernah diterapkan walikota. Ada kontrak kinerja, mulai lurah sampai kepala dinas, kalau tidak bisa mencapai target, ya mengundurkan diri atau diganti oleh walikota,” tegas Thony.

Nah, fenomena ini terjadi di saat akhir masa tugas Walikota. Disitu ada kesan bahwa walikota tidak ingin meninggalkan permasalahan yang merugikan pada masyarakat, terutama terkait dengan pelayanan-pelayanan publik di kelurahan. “Terhadap hal itu saya apresiasi,” ungkap Thony lagi.

Baca Juga :  Bantuan Langsung Dana Desa Tahap Dua Desa Tanggunggununwg untuk Kesejahteraan disalurkan

Tapi disisi lain, juga ada yang menilai bahwa semakin banyak lurah yang dikunjungi dan semakin banyak hal-hal yang ditemukan kekurangan-kekurangannya, ini juga menimbulkan satu potret bahwa banyak lurah yang tidak maksimal di dalam melaksanakan tugas fungsinya.

“Kalau itu diteruskan lagi, logikanya ini kegagalan pembinaan atau memang yang dibina tidak mampu?” kata Thony.

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *