Peringatan Kudatuli 1996, ProMeg Soroti Peran Penting Megawati dalam Menjaga Konstitusi

A0494D43 28CB 48D9 B99C 3D2337B9B655DIAGRAMKOTA.COM – Para aktifis Pro-Mega (ProMeg) se Jawa Timur berkumpul di kampus Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, untuk memperingati peristiwa Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli) 1996.

Acara tersebut di warnai kegiatan diskusi yang menghadirkan sejumlah narasumber. Hadir dalam acara tersebut diantaranya Kepala Badan Riset dan Analisis Kebijakan Pusat DPP PDIP Andi Widjayanto, serta para politisi senior seperti Wali Kota Surabaya periode 2002-2005 Bambang dan 2005-2010 Bambang DH, dan Saleh Ismail Mukadar.

Andi Widjayanto mengatakan bahwa Surabaya menjadi tonggak gerakan Reformasi 1998.

“Tempat berlangsungnya KLB (Konggres Luar Biasa) PDI 1993 yang mengukuhkan Bu Mega itu di Surabaya. Sebagai tandingan konggres PDI di Medan yang dicampuri pemerintah. Moment itu merupakan embrio gerakan reformasi melawan Orde Baru,” ujarnya.

Lebih lanjut Andi Widjayanto mengatakan, Surabaya memiliki sejarah panjang sebagai dapur nasionalisme.

Sementara itu Sekretaris acara Focus Group Diskusi ProMeg, Baktiono mengatakan, aktifis ProMeg adalah pelaku sejarah rangkaian peristiwa Kudatuli 1996.

“Meski diantara mereka sudah sepuh-sepuh usianya. Tapi semangatnya masih tetap membara. Walaupun ProMeg ini ya seperti tanpa bentuk tapi ada orangnya,” ujarnya.

Lebih lanjut kata Baktiono, ProMeg bukan organisasi, atau ormas, bukan juga parpol. Tapi mendukung sepenuhnya Megawati Sukarno Putri untuk menjadi ketua umum PDI waktu itu.

“Dan ProMeg ini adalah cikal bakalnya yaitu sampai tragedi 27 Juli. ProMeg ini juga cikal bakal reformasi. Jadi, ProMeg ini jadi suatu sumber pergerakan rakyat. Mereka dari mana pun, dari organisasi mana pun,” jelasnya.

Baktiono juga menyebut kalau Gus Ipul yang sekarang menjabat Menteri Sosial dan pernah menjadi Wakil Gubernur Jatim juga ProMeg, yang turut hadir saat KLB PDI 1993 di Asrama Haji Sukolilo mendukung Megawati.

Legislator DPRD Surabaya dari PDIP ini menegaskan, bagi aktifis ProMeg persoalan Ideologi selesai bagi mereka. Dukungan tetap tidak berubah.

“Jabatan apapun ProMeg sudah tidak menginginkan itu karena mereka sejatinya mendukung Ibu Megawati bukan untuk suatu jabatan pribadi. Tapi melihat simbol sosok Ibu Megawati mereka adalah penegak konstitusi. Ibu Megawati dianggap penegak konstitusi dan bisa menjaga negeri ini dan juga penjaga pilar-pilar Pancasila,” tegasnya.

Baktiono mendukung gagasan menjadikan Surabaya sebagai epicentrum gerakan ProMeg di pertemun selanjutnya.

“Surabaya memang episentrum pergerakan politik sejak zaman penjajahan. Bung Karno dilahirkan di Surabaya. Pancasila juga termasuk dalam pemikiran dan gagasan yang di Surabaya.

KLB Sukolilo tahun 1993 di Surabaya. Kala itu ketua umum pertama Ibu Megawati dan pergerakan juga banyak yang dari Surabaya selain di daerah Jakarta. Jakarta 27 Juli Sabtu 1996. Surabaya Minggu 28 Juli 1996 di Jalan Pandegiling,” pungkasnya.