PDI Perjuangan Surabaya Peringati 29 Tahun Kudatuli, Tekankan Semangat Perjuangan Untuk Rakyat

DIAGRAMKOTA.COM – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kota Surabaya menggelar peringatan 29 tahun peristiwa Kudatuli atau kerusuhan 27 Juli 1996 secara serentak di 155 titik se-Kota Surabaya. Peringatan ini tak hanya dipusatkan di Kantor DPC, tapi menyentuh hingga tingkat kelurahan sebagai bentuk refleksi, konsolidasi, dan pendidikan politik kader akar rumput.

Acara utama di Kantor DPC PDIP Surabaya diwarnai pemutaran film dokumenter Kudatuli dan refleksi sejarah oleh Baktiono, pelaku sejarah Kudatuli yang saat ini sebagai sekretaris DPC PDIP Surabaya.

“Peristiwa Kudatuli adalah tonggak sejarah lahirnya PDI Perjuangan. Tanpa peristiwa itu, mungkin tidak akan ada partai ini,” ujar Baktiono. “Tanpa Kudatuli, tidak ada reformasi,” ungkapnya.

Yordan M. Batara-Goa, Plt Ketua DPC PDIP Surabaya sekaligus anggota DPRD Jawa Timur dalam orasinya menyebut Kudatuli sebagai peristiwa luar biasa yang tak boleh dilupakan oleh seluruh kader PDIP, dari tingkat pusat hingga anak ranting.

“Kenapa peringatan Kudatuli kita laksanakan sampai tingkat kelurahan? Karena kita ingin peristiwa ini hidup dalam sanubari semua kader, bukan hanya di DPC, tetapi juga anak ranting,” tegas Yordan.

Yordan juga menekankan pentingnya memperingati Kudatuli bukan sekadar sebagai seremoni, tetapi sebagai bahan bakar semangat untuk memperjuangkan rakyat. Ia bahkan menyebutkan bahwa kekuatan PDIP tak dibangun dengan retorika semata.

“Partai ini tidak lahir hanya dengan doa dan niat baik, tetapi juga dengan darah dan air mata. Itulah yang membedakan PDI Perjuangan dari partai lain,” katanya, disambut tepuk tangan peserta.

Dalam acara tersebut, juga hadir elemen-elemen pendukung partai, seperti Komunitas Juang Merah Total (KJMT), divisi becak, serta dari Pro-Meg (Promeg) yang disebut sebagai penjaga api perjuangan sejak awal kelahiran partai.

“Teman-teman dari Promeg, kalianlah yang menjaga nyala semangat ini tetap hidup. Tanpa kalian, kita tak akan berada di sini,” ucap Yordan mengapresiasi.

Tak hanya soal sejarah, Yordan menyinggung tantangan bangsa hari ini. Ia menyebut Indonesia pernah lebih unggul dari negara seperti Singapura, namun kini tertinggal.

“Kita punya Bung Karno, Pancasila, sumber daya alam melimpah, tapi kenapa rakyat kita masih sengsara? Inilah panggilan tugas kita sebagai kader partai,” cetusnya.

Ia mendorong seluruh jajaran partai, dari PAC, ranting, hingga legislatif untuk aktif memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan hanya hadir di forum-forum formal. Yordan menyebut nama-nama tokoh PDIP Surabaya seperti Adi Sutarwijono, Budi Leksono, dan Walikota Eri Cahyadi sebagai ujung tombak legislasi dan eksekusi kebijakan pro-rakyat.

“Kita punya wali kota, kita punya anggota DPRD. Pastikan APBD betul-betul digunakan untuk rakyat. Kita ini bukan pejabat, tapi petugas partai. Tugas kita bukan cari nyaman, tapi cari solusi untuk rakyat,” serunya.

Ia menutup pidatonya dengan ajakan refleksi diri, “Kita harus bertanya: apakah kita sudah memperjuangkan rakyat sehebat-hebatnya? Kalau belum, inilah saatnya kita perbaiki diri. Jadikan Kudatuli bukan hanya peringatan, tapi koreksi dan komitmen,” pungkas Yordan.

Acara ditutup dengan pemberian santunan kepada para divisi becak Surabaya. ***