Bantaran Jadi Kelas, Kali Jadi Buku: Sekolah Aliran Sungai Mulai Digelar di Surabaya

DIAGRAMKOTA.COM – Langkah inovatif dalam pendidikan lingkungan hidup kembali hadir di Kota Surabaya. Melalui sinergi antara Konsorsium Lingkungan Hidup (KLH) Jawa Timur dan PT Pertamina Patra Niaga IT Surabaya, program Sekolah Aliran Sungai resmi diluncurkan, menjadikan bantaran sungai sebagai ruang belajar dan Kali Surabaya sebagai sumber pengetahuan hidup.

Program yang diluncurkan pada Kamis (24/7/2025) ini menjadi bagian dari program CSR lingkungan Pertamina dan bertujuan membangun kesadaran ekologis sejak dini, terutama bagi anak-anak dan masyarakat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Surabaya.

Sekolah Aliran Sungai dihadirkan sebagai ruang belajar terbuka yang membumi. Tidak ada papan tulis atau meja kayu, tetapi aliran air, vegetasi bantaran, dan kehidupan ekosistem sungai menjadi media pembelajaran langsung. Anak-anak dan warga belajar langsung tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai, mengenali ekosistem air, serta memahami bagaimana perilaku manusia berdampak pada kualitas lingkungan.

Integrated Terminal Manager PT Pertamina Patra Niaga IT Surabaya, Jefri Marsal, menyatakan bahwa program ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. “Kami ingin sungai tidak hanya dilihat sebagai objek pasif, tapi sebagai guru yang mengajarkan tentang keberlanjutan hidup. Sekolah ini hadir agar masyarakat, khususnya generasi muda, punya ikatan emosional dan tanggung jawab terhadap lingkungan mereka,” ujarnya.

Peluncuran sekolah ini diawali dengan kegiatan rembuk lingkungan, menghadirkan tokoh masyarakat, perangkat kelurahan, karang taruna, komunitas, dan perwakilan pelajar. Dialog yang terjadi bukan sekadar seremoni, tetapi perumusan komitmen bersama untuk mengelola lingkungan sungai secara partisipatif.

Direktur KLH Jatim dan Koordinator Tim Patroli Air Terpadu, Imam Rochani, menjelaskan bahwa Sekolah Aliran Sungai adalah metode pendidikan alternatif berbasis empirik. “Kami tidak hanya bicara teori, tapi langsung praktik. Anak-anak belajar memilah sampah, meneliti air sungai, dan membuat kampanye penyadaran lewat media sosial. Mereka diajak menjadi agen perubahan di komunitasnya,” jelasnya.

Program ini terbagi menjadi tiga tahap: edukasi masyarakat umum, pelajar, dan teknis, dengan modul yang dikembangkan agar selaras dengan kurikulum pendidikan dan kebutuhan lokal. Kegiatan lanjutan akan dilakukan secara rutin, termasuk pelatihan lapangan dan lomba-lomba edukatif seputar lingkungan.

Lurah Pagesangan, Yudi Kurniawan, menyambut baik inisiatif ini. Ia menilai, program Sekolah Aliran Sungai sejalan dengan semangat warga dalam Gerakan Balik Kanan (Geblek), di mana masyarakat mengubah arah rumah untuk menghadapi sungai, bukan membelakanginya. “Ini bukan hanya simbolis, tapi bentuk perubahan cara pandang terhadap sungai sebagai sahabat, bukan tempat buangan,” katanya.

Dengan pendekatan yang menyentuh langsung komunitas, Sekolah Aliran Sungai menjadi terobosan penting dalam pendidikan berbasis lingkungan di perkotaan. Harapannya, generasi muda Surabaya akan tumbuh sebagai pelindung sungai dan penjaga bumi di masa depan.(Dk/yud)