Dua SMP Negeri di Sidoarjo Penuhi Syarat ODL ke Bali: Pendidikan Kontekstual yang Terukur dan Bertanggung Jawab

DIAGRAMKOTA.COM – Dua sekolah negeri di Kabupaten Sidoarjo, yakni SMPN 1 Balongbendo dan SMPN 2 Waru, sukses melaksanakan kegiatan Outdoor Learning (ODL) ke Bali secara terukur, bertanggung jawab, dan sesuai ketentuan yang berlaku. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan rekreasi, namun menekankan pada pembelajaran lintas mata pelajaran dan kepatuhan terhadap regulasi pemerintah daerah.

Setelah sempat tertunda sejak Februari 2025 akibat larangan bepergian menjelang Hari Raya, ODL siswa kelas 8 SMPN 1 Balongbendo akhirnya dilaksanakan pada 6–9 Mei 2025. Kegiatan ini kembali digelar setelah Pemerintah mencabut larangan bepergian pada 1 Mei.

Kepala sekolah SMPN 1 Balongbando Su’eb Rizal saat ditemui dikantornya

“Kami tidak langsung ambil keputusan karena sebelumnya ada larangan. Tapi setelah larangan dicabut dan kami juga tidak terlanjur membayar panjar ke travel, maka keputusan kami sesuaikan kembali. Bali tetap jadi pilihan karena sejak awal sudah dirancang dan didambakan anak-anak,” ujar Kepala SMPN 1 Balongbendo, Su’eb Rizal.

Sekolah menekankan bahwa ODL bukan sekadar wisata. Sekitar 80–85 persen kegiatan merupakan pembelajaran kontekstual yang terintegrasi dalam kurikulum, antara lain:

Bahasa Inggris: Praktik berbicara dengan wisatawan asing, PAI: Penerapan salat jamak dan qashar, IPS dan Bahasa Indonesia: Observasi budaya dan kunjungan ke museum sebagai dasar penyusunan karya tulis

Selain itu, sekolah mematuhi Surat Edaran Bupati Sidoarjo dengan tidak mengarahkan kegiatan ke laut, gunung, dan danau.

“Kami patuhi edaran Bupati. Lokasi kami alihkan ke pusat kota, seperti Tariparong, museum, dan kawasan budaya lokal,” imbuh Su’eb.

Setiap siswa dikenai biaya Rp1.050.000, dan apabila terdapat kelebihan dana, penggunaannya disepakati bersama orang tua untuk mendukung pembangunan Dome (tempat pembelajaran di luar kelas) pembelajaran yang tidak bisa dibiayai oleh dana BOS.

“Kami berkomitmen mengikuti regulasi. Sisa dana insya Allah kami gunakan untuk pembangunan sarana pendidikan,” pungkasnya.

Berbeda dengan SMPN 1 Balongbendo, SMPN 2 Waru justru lebih dahulu menggelar ODL ke Bali pada 1–3 Februari 2025, sebelum adanya Surat Edaran larangan dari Bupati.

Ahmad Anwar kepala sekolah SMPN 2 waru saat ditemui diagramkota di kantornya

“ODL kami laksanakan sebelum adanya SE. Bahkan saat SE itu keluar, kami sudah pulang dari Bali. Jadi pelaksanaannya tidak menyalahi aturan,” jelas Kepala SMPN 2 Waru, Ahmad Anwar, Sabtu (31/05/2025).

Namun, karena ODL tidak diwajibkan, sebanyak 73 siswa memilih tidak ikut ke Bali. Sebagai solusi, sekolah menggelar ODL susulan berbasis lokal di Desa Mbelahan, yang kaya akan budaya dan kearifan lokal.

Proses pembuatan serawut (kuliner tradisional khas),Pembuatan makanan tradisional lain,Interaksi dengan warga pelaku budaya.

“Alhamdulillah anak-anak senang. Dan yang paling penting, kegiatan ini gratis, tidak dipungut biaya,” ungkap Ahmad Anwar.

Kedua sekolah membuktikan bahwa pelaksanaan ODL tidak harus seragam dan wajib diikuti seluruh siswa. Baik melalui kegiatan di luar kota maupun berbasis lokal, keduanya berhasil menghadirkan pembelajaran kontekstual yang melibatkan siswa secara aktif, mematuhi aturan, dan mengedepankan asas inklusif.

“Tujuan utama ODL adalah pembelajaran yang bermakna di luar kelas. Tidak harus jauh, yang penting anak-anak mendapatkan nilai edukatif dari setiap pengalaman,” tutup Ahmad Anwar.

ODL oleh SMPN 1 Balongbendo dan SMPN 2 Waru menjadi contoh bagaimana pendidikan luar kelas dapat dirancang secara fleksibel, aman, dan tetap berorientasi pada kualitas pembelajaran. Dari kepatuhan terhadap regulasi, penyusunan kurikulum lintas mata pelajaran, hingga pengelolaan dana yang transparan, semuanya menunjukkan semangat tanggung jawab dalam dunia pendidikan.(DK/di)