Diagram Kota Trenggalek – Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi di Trenggalek, Jawa Timur, menjadi pusat perhatian ribuan warga dan wisatawan pada Selasa terakhir.
Alasan utamanya adalah gelaran ritual adat Labuh Laut Sembonyo, sebuah tradisi tahunan yang dilakukan oleh nelayan setempat setiap bulan Selo dalam sistem penanggalan Jawa.
Tradisi ini dimulai dengan sedekah bumi, di mana dua tumpeng besar berisi aneka hasil bumi dilarung ke tengah laut di perairan Teluk Prigi. Prosesi ini dilakukan dengan kemasan adat Jawa yang khas dan menarik.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin turut hadir dalam acara tersebut dan menyampaikan ucapan terima kasih serta harapan agar tradisi leluhur ini tetap lestari.
“Bersyukur kita masih diberi kesehatan, kesadaran melestarikan budaya leluhur. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan kelancaran sampai sekarang,” kata Mas Ipin, sapaan akrab Bupati Arifin dalam kegiatan labuh laut atau larung Sembonyo di Teluk Prigi, Trenggalek, Selasa (21/52024)
Pantauan diagramkota.com, ratusan hingga ribuan masyarakat Kecamatan Watulimo turut berpartisipasi dalam prosesi ini dengan mengikuti arak-arakan tumpeng agung beserta pernak-perniknya dari Kecamatan Watulimo menuju pelabuhan.
Tak sedikit warga yang mengabadikan momen ritual adat tersebut dengan foto-foto. Setiba di pelabuhan, tumpeng beserta pernak-perniknya digelar prosesi adat hingga doa sebelum akhirnya dilarung ke laut. Larung ini diikuti oleh belasan hingga puluhan nelayan beserta masyarakat sekitar di Teluk Prigi.
Suparlan, tokoh masyarakat setempat, menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan setahun sekali pada penanggalan jawa tepatnya bulan Selo. Ritual adat ini merupakan wujud syukur masyarakat setempat atas hasil tangkapan ikan yang melimpah dan doa harapan tidak ada musibah atau bencana lainnya bagi nelayan.
“Kegiatan Labuh Laut Larung Sembonyo ini lebih kepada wujud syukur para nelayan atas rezeki tangkapan yang melimpah dan doa harapan tidak ada musibah, kecelakaan dan bencana lainnya. Nelayan sehat, nelayan selamat dengan tangkapan melimpah,” kata Suparlan.
Diceritakan, ritual adat Labuh Laut Larung Sembonyo itu sudah berlangsung turun temurun. Menurut cerita rakyat, upacara itu merupakan kisah perkawinan antara Raden Tumenggung Yudho Negoro dalam rangka membuka wilayah di Prigi. Dalam ceritanya, ada sarana yang harus dijalani yaitu dengan menikahi Putri Gambar Inten, putri di tengahan.
“Pernikahan keduanya pada hari Senin Kliwon pada penanggalan Jawa. Raden Tumenggung minta setiap tahunnya diperingati dengan acara Labuh Larung Sembonyo,” jelasnya.
Selain prosesi larung, rangkaian dalam kegiatan itu adalah penampilan kesenian jaranan hingga langgam tayub. Kegiatan itu lambat laun merambah ke sektor wisata kebudayaan dan selalu ramai dipadati pengunjung, termasuk para wisatawan. (dk/aden)