Kirab Seribu Tumpeng dan Lampu Ting Tradisi Memperingati Malam Selikuran di Keraton Kasunanan Surakarta

SERBA-SERBI1155 Dilihat

Diagram Kota Solo – Pada malam ke-21 bulan Ramadhan, Minggu (31/3/2024), Keraton Kasunanan Surakarta menggelar kirab istimewa yang menjadi bagian dari tradisi memperingati malam Selikuran.

Dari pantauan diagramkota.com, acara kirab ini dimulai pukul 20.15 WIB, diikuti oleh kerabat Keraton Kasunanan dan abdi dalem, dimulai dari Keraton dan berakhir di Sriwedari yang berjarak tiga kilometer.

Kirab ini dipimpin langsung oleh PB XIII dan melibatkan pasukan drumband, pasukan Keraton Surakarta, abdi dalem yang membawa lampion dan lampu ting bertuliskan logo Keraton Surakarta, serta tokoh pemuka agama yang membacakan sholawat sepanjang perjalanan kirab malam selikuran.

Di bagian terakhir, terdapat rombongan pembawa 1.000 tumpeng yang ditandu dan pembawa obor. Selain itu, ulama Keraton Surakarta juga mendoakan ribuan tumpeng sebelum dibawa dalam kirab.

Baca Juga :  Waspada! Penipuan Berkedok ASN Pemkot Surabaya

Tradisi ini merupakan simbol kebersamaan dan keagungan dalam menyambut bulan suci Ramadan, serta memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan dalam masyarakat.

Kirab tersebut merupakan perayaan yang sarat makna dan keindahan, di mana seribu tumpeng dan lampu ting menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan tersebut.

Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol kebersamaan dan keharmonisan, tetapi juga warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Dengan mengikuti kirab seribu tumpeng dan lampu ting, masyarakat dapat merasakan kehangatan dan kebersamaan dalam menyambut malam Selikuran.

Perjalanan kirab yang diawali dari Keraton menuju Sriwedari juga menjadi momen untuk mengenang dan merayakan kekayaan budaya Jawa yang telah diwariskan secara turun temurun.

Baca Juga :  Waspada! Penipuan Berkedok ASN Pemkot Surabaya

Keindahan tumpeng yang tersusun rapi dan lampu ting yang menerangi malam, menciptakan suasana magis dan memukau bagi semua yang hadir dalam acara tersebut.

Tradisi kirab seribu tumpeng dan lampu ting bukan hanya sekadar acara seremonial, namun juga sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap leluhur serta tradisi nenek moyang.

Melalui perayaan ini, generasi muda diharapkan dapat terus melestarikan dan menghargai warisan budaya yang kaya akan makna dan filosofi.

Dengan demikian, tradisi kirab seribu tumpeng dan lampu ting tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga menjadi cerminan dari kearifan lokal yang patut dilestarikan untuk generasi mendatang. (dk/aden).

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *