Pemerintah Provinsi Bali Menunda Dulu Pelepasan Nyamuk Wolbachia

DAERAH1227 Dilihat

Diagram Kota Denpasar – Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi menjelaskan penundaan pelepasan Wolbachia di Bali terkait sikap sejumlah masyarakat setempat yang belum siap dengan penyebaran nyamuk Wolbachia.

“Sekarang sedang kita bahas dengan Pemerintah Provinsi Bali untuk menunda dulu pelepasan Wolbachia, dan melakukan sosialisasi sampai masyarakat siap,” kata Nadia, dikutip dari Antara, Jumat (17/11/23).

Nadia menjelaskan Wolbachia merupakan strategi baru untuk mencegah penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, melengkapi intervensi yang kini berjalan berupa pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Sementara Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya sepakat untuk menunda penyebaran nyamuk Wolbachia untuk atasi Demam Berdarah Dengue (DBD) di tengah masih adanya pro dan kontra dari masyarakat Bali.

Baca Juga :  Pemkot Surabaya Fokus Wujudkan Lingkungan Ideal untuk Tumbuh Kembang Anak

“Kalau masih ada masyarakat yang tidak menerima, berarti kita tunda dulu,” kata Pj Gubernur Bali Mahendra ditemui usai Rapat Paripurna DPRD Bali di Denpasar, dikutip Jumat (17/11/23).

Menurut dia, metode penyebaran nyamuk Wolbachia untuk menekan DBD  masih perlu sosialisasi dari pemrakarsa sehingga semua masyarakat bisa menerima.

“Perlu sosialisasi, ada penolakan dari masyarakat kan kita tidak ingin masyarakat terbelah. Yang pro dan kontra ini harus dibagusin dulu,” ucapnya.

Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra mengapresiasi daya kritis dari masyarakat Bali terkait penolakan rencana penyebaran nyamuk Wolbachia yang sedianya akan disebar di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng mulai November 2023.

Baca Juga :  Angkutan Feeder di Surabaya Jatuh ke Sungai di Medokan Sawah

Ia mengakui tujuan penggunaan bioteknologi Wolbachia itu baik, karena di Bali khususnya di Kota Denpasar, kasus DBD tinggi sehingga diharapkan dapat menekan angka kasus DBD.

“Cuma masalahnya, penggunaan Wolbachia ini belum ada kajian yang komprehensif, terutama berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat apakah nanti DBD berkurang, tetapi tidak menimbulkan penyakit yang lain? Ini penting harus dijawab,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, ilmu pengetahuan yang akan menjawab dan pemerintah menyerahkan pada ilmu pengetahuan, supaya tidak berdebat pada hal-hal yang sesungguhnya tidak dipahami secara ilmiah.

“Sekarang ini akan dilakukan kajian ilmiahnya oleh Kemenkes seberapa efektif mempengaruhi atau menurunkan demam berdarah dan seberapa bisa memastikan tidak menimbulkan penyakit-penyakit lain. Kajian sedang dilakukan, sehingga kita tunggu, maka Pak Pj Gubernur minta ditunggu hasil kajiannya,” ucap Dewa Indra.

Baca Juga :  Revisi Perda Pajak Turis Asing di Bali: Sanksi Tegas Untuk Tingkatkan Kepatuhan

Menurutnya, daya kritis masyarakat harus diapresiasi karena itu pertanyaan penting yang berkaitan dengan perlindungan masyarakat.

“Jadi semuanya kami sikapi dengan positif. Menggunakan Wolbachia untuk menekan DBD itu sesuatu yang positif. Pertanyaan masyarakat apakah tidak menimbulkan penyakit lain itu juga hal yang positif. Jadi semuanya harus dilihat dari perspektif yang positif. Mari kita tunggu hasil kajian,” jelas Dewa Indra. (dk/niluh ishanori)

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *