Diagram Kota Surabaya – Salah satu Warga Surabaya yang diketahui beranama Silvia Damayanti Warga Maspati V/90A terpaksa harus wadul ke Fraksi PDI Perjuangan Kota Surabaya.
Karena beberapa dokumen penting, seperti KTP, Surat Keterangan Lahir (SKL) ditahan salah satu Rumah Sakit swasta di Surabaya.
Menurut pengakuan Silvia, penahanan dokumen kependudukan tersebut lantaran ia belum mampu melunasi sisa pembayaran biaya persalinannya setahun silam.
“ Sekitar bulan Agustus tahun Lalu, karena kondisi emengency saya mau melahirkan, dan sebelumnya kita juga sudah disodori tanda tangan untuk biayanya sesuai dengan brosurnya sekitar 19 juta, tetapi saat pulang tagihannya membludak sekitar 28 juta,” bebernya.
Menurut Silvia, meski tagihan yang diterima sebesar Rp 28.000.000,- Silvia dan keluarga berusaha untuk membayar tagihan yang dianggap sangat memberatkan.
“Setelah dipotong uang muka Rp 4.000.000,- dan saya bayar dengan cara mengansur. Saat ini, sisa tagihan yang saya tanggung Rp 15.000.000,” tutur Silvia didampingi suaminya Agung Cahyono Putro di ruang Fraksi PDI Perjuangan DPRD Surabaya pada, Kamis (14/10).
Akibat dari itu tutur Silvia, hingga saat ini, pihak Rumah Sakit menahan KTP, SKL daan dokumen lainnya meskipun ia sudah mengajukan kartu KIS.
“Saya kesulitan mengurus akte, karena KTP dan SKL ditahan pihak Rumah Sakit karena tidak bisa melunasi,” keluh Silvia.
Sementara itu, Abdul Ghoni Muhklas Ni’am, sekretaris Fraksi PDIP DPRD Surabaya mengatakan, pagi ini Fraksi PDI Perjuangan mendapat pangaduan dari seorang warga yang kesulitan membayar tagihan biaya bersalin.
“Tadi pagi sekitar jam 8, kami mendapat pengaduan dari warga yang kesulitan membayar biaya bersalin di salah satu Rumah Sakit Swasta,” ujarnya.
Atas persoalan ini Ghoni menegaskan, PDIP yang merupakan Partai Wong Cilik siap membantu setiap kesulitan yang menimpa warga Surabaya.
“ Sebagai warga surabaya dan warga yang tergolong kurang beruntung secara ekonomi, ibu Silvia ini harus mendapatkan haknya. Kita akan kirim surat ke Walikota, Kadinkes, dan pihak Rumah Sakit,” ujarnya.
Menurut Ghoni persoalan yang dialami Silvia tidak terulang lagi. “Karena yang bersangkutan adalah masyarakat berpenghasilan dibawah rendah karena saang suaminya ini bekerja sebagai sopir. Saya berhadap tidak ada lagi kejadian-kejadian seperti ini,” pungkasnya.(dk/red-dms)