Duh! Diduga Camat Wonocolo Stop Saluran Air, Penggiat Hidroponik Alami Kerugian

Uncategorized821 Dilihat

Diagram Kota Surabaya – Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A. Hermas Thony saat menggelar reses jaring aspirasi masyarakat tahun sidang ketiga masa persidangan pertama, bersama pegiat hidroponik dikawasan Jemursari Surabaya, Jum’at (22/10).

Terbukti banyak penggiat teknik tanam menggunakan media air ini yang tumbuh mulai di lingkup kelurahan di kampung-kampung kota Surabaya.

Namun berkembangnya penggiat hidroponik ditingkat kelurahan  ini terkadang kurang mendapat perhatian serius.

Masih minimnya pendampingan sehingga mereka masih kesulitan untuk mengembangkan secara profesional.

“ Kami mengundang komunitas hidroponik di Surabaya untuk ikut hadir menyemangati dan memotovasi bahwa kegiatan seperti ini jika dilakukan secara profesional sangat menguntungkan,” terang AH Thony

Thony menambahkan, saat ini pasar masih terbuka sangat lebar karena kebutuhan akan sayur mayur di kota Surabaya ini semakin tinggi.

“ Terbukti demand untuk sayur di Surabaya bisa mencapai 10 ton sayur yang masuk ke Surabaya. Dan itu kita bisa mengambil irisan kecil untuk petani hidroponik ini masuk didalamnya,” tambah politisi senior partai Gerindra ini.

Thony melanjutkan Pemerintah Kota juga harus menyediakan pasar hidroponik yang lebih banyak lagi.

“ Saat ini pasar sayur hidroponik hanya ada di pasar moderen citraland. Kami berharap ada juga dikawasan lain di Surabaya sehingga tidak ada kesan hanya ditempat itu saja,” lanjutnya.

Baca Juga :  Sejak Kecil Diasuh Tukang Becak, Bocah 8 Tahun Dibantu Anggota Dewan Akhirnya Bisa Sekolah

Untuk membuat para penggiat hidroponik ini tetap survive harus ada dukungan pemerintah kota minimal kecamatan harus kontinu.

“ Tadi kami mendapat aduan dari penggiat hidroponik disini bahwa, mereka saat ini kurang mendapat dukungan dari pihak kecamatan, dalam hal suplay air sebagai bahan baku utama, hidroponik, sehingga mereka mengalami kegagalan karena banyak tanaman yang mati karena kekurangan air,” pungkasnya.

” Ini tadi kita melihat, banyak sayuran yang mati karena kebutuhan air yang selama ini disuplai dari kantor kecamatan tiba-tiba dimatikan. Ini sangat kami sayangkan!” tegas Thony.

Kalaupun pihak Camat keberatan, Thony berjanji akan mengusulkan dari dana APBD ada bantuan air ditempat ini. ” Ini kalau memang keberatan!” tekannya.

Thony sempat berfikir, hal ini sangat memalukan. Disaat Wali kota bersemangat mendorong agar Urban Farming bisa hidup, disisi lain hanya masalah air, Camat tidak mau mendukung.

” Kita akan usahakan agar bisa dipasang PDAM secepatnya,” tegas Thony.

Baca Juga :  Pasar Pagi Tugu Pahlawan Kembali Ramai,DPRD Desak Satgas Awasi Prokes

Permasalahannya, air tiba-tiba dimatikan dan para petani tidak ada persiapan, sehingga sebagian besar sayuran mati.

” Ini sangat memprihatinkan, karena diduga merupakan bentuk ketidak pedulian pihak kecamatan terhadap kegiatan hidroponik ini,” duga Thony.

Disaat masyarakat yang sedang bersemangat, malah tidak didukung motivasi, dukungan dan dorongan.

Padahal, selama ini pak Camat sangat mengapresiasi kegiatan ini. Bahkan banyak bantuan yang sudah diberikan. Tapi hanya karena masalah air, akhirnya seperti pepatah ‘Nilai Setitik, Rusak Susu Sebelanga’.

” Jadi kebaikan pak Camat yang sudah diberikan kepada pelaku Urban Farming, seolah-olah terhapus begitu saja gara-gara tidak memberikan air,” tegasnya.

Sekretaris DPC Partai Gerindra ini juga berjanji akan mengkoordinasikan dengan Wali Kota agar ada teguran kepada Camat Wonocolo.

” Jangan begitu, disaat kita sedang menggalakkan hal itu (Urban Farming, red), tapi pak Camat memupus harapan masyarakat. Akhirnya dalam jaring aspirasi tadi, mereka menjadi tidak care dengan pak Camat. Ini seolah-olah masyarakat tidak serius,” imbuhnya.

Sementara salah satu pengurus Green House SERPIS Kebun Kita menjelaskan, ketergantungan tanaman hidroponik memang ada di air. Dan permasalahannya, Air tanah di wilayah tersebut asin sehingga tidak bisa digunakan meski Green House sudah berusaha untuk membuat sumur bor.

Baca Juga :  Deklarasi P4GN HANI 2022, Pemkot Bersama BNNP Dan BNNK Gandeng Ribuan Kader Surabaya Hebat

Memang diawal, pihak kecamatan setuju untuk mendukung masalah air. Tapi beberapa hari yang lalu air dimatikan sehingga saat digunakan air dari sumur bor, tanaman sebagian besar mati.

Ia menjelaskan, selama ini produksi sayuran hidroponik di Green House SERPIS Kebun Kita menghasilkan sayuran sawi sekitar 60 kg per bulan. Dengan harga jual 25 rb per kilo, maka dalam sebulan, Petani bisa meraup sekitar 1,5 jt dari Sawi belum untuk yang lain.

” Kalau disini anggotanya memang banyak yang sosial, sehingga kalaupun ndak laku ya dibagi semua anggota,” katanya.

Sayuran yang ditanam juga bermacam-macam, seperti Pakcoy, Caisim, Kangkung, Samhong, Sawi, Selada juga ada penjualan bibit-bibit sayuran hidroponik.

Ada total 30 orang dalam kelompok tersebut. Berjalan mulai tahun 2017 dan dapat program KRPL mulai tahun 2018 sampai 2021. Dan saat ini sedang mengikuti program CSR dari PT. PLN (Persero).

” Tapi kita juga sudah habis-habisan untuk membangun ini,” tutupnya.(dk/dms)

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *