Diagram Kota Surabaya – Beberapa waktu yang lalu,Kabar duka datang dari BPB Linmas Kota Surabaya. Salah satu anggotanya Irena Widya Ayu Ningrum (25) meninggal dunia setelah dikabarkan kelelahan akut.
Menanggapi hal ini, Para legislator akan mengevaluasi mekanisme pemberian sanksi dan hukuman bagi petugas yang melanggar.
Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Pertiwi Ayu Krishna mengaku prihatin mendengar kabar meninggalnya gadis belia itu. Yang lebih memprihatinkan adalah penyebab meninggalnya warga Darmokali itu. “Kabarnya meninggal karena kelelahan. Iku yak opo kok bisa sampai terjadi seperti itu,” ujarnya (12/9).
Politikus Golkar itu sempat mencari informasi terkait keluarga Irene. Dari informasi yang dihimpun, gadis yang merupakan alumnui psikologi Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) itu baru saja bertunangan. Dia mau menikah dalam waktu dekat. “Kapan menikahnya saya belum tahu. Ini pihak keluarga masih berduka,” katanya.
Menurut Ayu, kejadian tersebut seharusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah kota (pemkot). Jangan sampai kejadian meninggalnya personel ketika orientasi tahun 2016 lalu terulang lagi. “Kita tidak ingin kejadian serupa terulang dan kenyataannya hari ini terulang kembali. Ini harus ditanggapi serius oleh wali kota,” ucapnya.
Ayu memastikan akan memanggil BPB Linmas pekan ini. Organisasi perangkat daerah (OPD) yang juga berada di strktur inti Satgas Covid-19 Kota Surabaya itu akan dimintai penjelasan terkait meninggalnya Irene. “Khususnya terkait mekanisme sanksi bagi anggota yang melanggar. Kok bisa sampai seperti itu,” katanya.
Secara terpisah, Ketua Ikatan Alumni Psikoligi Untag Herlina Harsono Njoto mengaku prihatin dengan kejadian tersebut. Seharusnya, hal seperti itu tidak terjadi jika mekanisme evaluasi kerja dijalankan dengan baik. “Kok iso sampai tidak tahu ada anak buah yang menderita penyakit akut dan dibiarkan bertugas melebihi jam kerjanya,” katanya.
Herlina yang juga duduk di Komisi D DPRD Kota Surabaya itu mengaku kabar meninggalnya Widya Ayu sempat heboh di kalangan alumnus psikologi Untag. Bahkan, ada yang menyebut bahwa Widya dihukum karena melakukan kesalahan. Jam kerjanya ditambah sampai yang bersangkutan kelelahan. “Kalau benar demikian, itu namanya keterlaluan,” ucapnya.
Karena itu, mantan Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya itu meminta kepada wali kota agar mengevaluasi BPB Linmas. Baik dari segi standar kerja maupun SOP terkait pemberian sanksi bagi personel yang melakukan kesalahan. “Jangan sampai kejadian tersebut terulang lagi. Kalau memang personel kurang, ya ditambah orangnya. Jangan ditambah jam kerjanya. Itu namanya membebani,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala BPB Linmas Irvan Widyanto berdalih kondisi pandemi Covid-19 pada Juni sampai Agustus sangat menguras tenaga. Tidak hanya petugas lapangan. Para pejabat di level kepala OPD (organisasi perangkat daerah), sampai level paling bawah kewalahan. “Semuanya turun ke lapangan, termasuk saya,” ujarnya dikonfirmasi Sabtu (11/9).
Irvan mengatakan seluruh personel dilibatkan dalam proses penanganan pandemi. Tidak hanya penertiban protokol kesehatan (prokes) maupun patroli. Pada kegiatan tracing, vaksinasi, evakuasi pasien, sampai menjaga puskesmas, petugas Linmas ikut turun tangan.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada jam istirahat bagi personel. Semuanya diberi porsi yang sama. Namun, kadang ada kejadian yang membutuhkan tenaga lebih. Di satu sisi, jumlah personel BPB Linmas terbatas. “Mau tidak mau kita turun sebagai bentuk tanggungjawab moral kepada masyarkat karena kami bagian dari Satgas Covid-19,” kata Irvan.
Terkait meninggalnya Irene, Irvan mengakui memang yang bersangkutan dalam kondisi kelelahan. Hanya saja, hal itu baru diketahui setelah kondisinya drop. Termasuk penyakit asam lambung akut yang diderita selama ini. “Almarhumah pribadi yang luar biasa. Tidak pernah mengeluh meski kelelahan atau sakit. Kita baru tahu setelah kondisinya drop,” terangnya.
Mantan Kepala Satpol PP Kota Surabaya itu mengaku sangat kehilangan orang seperti Widya Ayu yang dianggap memiliki potensi besar. Jumat (10/9) kemarin, seluruh personel BPB Linmas menghadiahkan doa untuk Irene. “Semoga almarhumah khusnul khotimah,” kata Irvan.
Hingga berita ini ditulis, pihak keluarga belum bisa dikonfirmasi. Rubiah yang merupakan ibu dari Irene tidak mau memberikan komentar karena masih berkabung. Begitu pula Mamak, ibu angkat Irene. “Masih tahlil,” jawab Mamak, singkat. “Mohon maaf yang sebesar-besarnya saya lagi berkabung. Mohon dengan segala hormat hubungi ibu angkat anak saya, Mamak,” kata Rubiah dalam pesan singkatnya. (dk/red/dms)